Friday, April 29

Syiah bukan Islam?


Ketua MUI: Syiah Itu Sah dan Benar sebagai Mazhab dalam Islam

Di hadapan lebih dari seratus pelajar Indonesia yang belajar di Iran, Prof. Umar Shihab menyatakan, "Sunni dan Syiah bersaudara, sama-sama umat Islam, itulah prinsip yang dipegang oleh MUI. Jika ada yang memperselisihkan dan menabrakkan keduanya, mereka adalah penghasut dan pemecah belah umat, mereka berhadapan dengan Allah swt yang menghendaki umat ini bersatu."


Menurut Kantor Berita ABNA, dalam kunjungannya ke Iran atas undangan Majma Taghrib bainal Mazahib Ketua MUI Pusat Prof. DR. KH. Umar Shihab beserta beberapa anggota rombongan menyempatkan mengadakan tatap muka dan pertemuan dengan pelajar Indonesia yang sedang menuntut ilmu di kota suci Qom, Iran. Pertemuan yang dimediasi oleh Sayyid Farid, salah seorang ulama Iran yang sering berkunjung ke Indonesia bertempat di kediaman beliau di Mujtama Maskuni Ayatullah Sistani, Qom. Hadir lebih dari seratus pelajar Indonesia beserta keluarganya dalam pertemuan sederhana yang berlangsung kurang lebih dua jam tersebut.

DR. Khalid Walid, wakil ketua Komisi Ukhuwah Islamiyah MUI memberikan sambutan pengantarnya dengan menjelaskan kedatangan rombongan MUI ke Iran atas undangan Majma Taghrib bainal Mazahib. Rombongan MUI terdiri dari ketua pusat, beberapa ketua harian dan ketua komisi, namun beberapa dari rombongan telah bertolak ke tanah air sehingga tidak sempat mengikuti pertemuan dengan para pelajar Indonesia tersebut. "Dalam kunjungan ini kami telah melakukan beberapa hal, diantaranya, atas nama ketua MUI. KH. Prof. DR. Umar Shihab dan atas nama Majma Taghrib bainal Mazahib Ayatullah Ali Tashkiri, telah dilakukan penandatanganan MOU kesepakatan bersama. Diantara poinnya adalah kesepakatan untuk melakukan kerjasama antara MUI dengan Majma Taghrib bainal Mazahib dan pengakuan bahwa Syiah adalah termasuk mazhab yang sah dan benar dalam Islam. " Jelas DR. Khalid.

Lebih lanjut beliau menjelaskan,"Diantara bentuk kerjasama yang disepakati adalah pengiriman para peneliti dan ulama Indonesia ke Iran untuk mengikuti pertemuan dan pendidikan khusus mengenai beberapa hal yang beragam di Iran begitu juga sebaliknya, ulama-ulama dan peneliti Iran akan berkunjung ke Indonesia. Di samping itu juga kita telah bertemu dengan Menteri Luar Negeri Iran, Departemen Pengurusan Haji dan juga berkunjung ke Kamar Dagang Industri Iran untuk bekerjasama dalam produk halal. Insya Allah, jalinan kerjasama ini diharapkan dengan tujuan mengeratkan hubungan antara Republik Islam Iran dengan masyarakat muslim Indonesia."

"Semoga dengan adanya kesepakatan dan kerjasama tersebut ukhuwah Islamiyah dapat terjalin dengan baik dan kedua belah pihak bisa saling memahami." Harapnya.
Perpecahan dan Kebodohan, Ujian bagi Umat Islam Saat Ini

Selanjutnya, KH. Prof. DR. Umar Shihab menyampaikan nasehatnya di hadapan seratus lebih pelajar Indonesia yang hadir. Beliau menyatakan bahwa hidup di dunia ini penuh dengan tantangan, ujian dan kesulitan-kesulitan. "Tidak ada seorangpun yang hidup ini di dunia ini tidak luput dari ujian, diantara ujian tersebut adalah fitnah, kekurangan harta, kelaparan dan kematian. Namun dalam konteks kehidupan kita sekarang kata para ulama, ujian terberat yang dihadapi kaum muslimin saat ini ada dua. Yang pertama, adalah ujian perpecahan. Betapa sulitnya kita menjalin persatuan. Perpecahan begitu mudah terjadi, antara keluarga, sesama pengikut agama, antar Negara dan sebagainya. Ujian yang kedua adalah kebodohan. Mayoritas umat Islam sulit untuk melepaskan diri dari belenggu kebodohan, karena pura-pura tidak tahu atau memang sama sekali tidak mau tahu."

Lebih lanjut menjelaskan, "Masyarakat Indonesia saat ini diuji dengan perpecahan. Dalam internal umat Islam sendiri terdapat berbagai macam kelompok yang mengarah kepada perpecahan, ada yang menyatakan diri sebagai kelompok liberal, kelompok anti agama, kelompok anti Syiah dan lain-lain. Keberadaan kelompok-kelompok ini sangat mengancam persatuan umat Islam. Pada kesempatan ini saya akan menyampaikan ada dua kelompok pemecah umat Islam. Yang pertama kelompok pemecah dari luar umat Islam, yakni dari kalangan Yahudi dan Nasrani. Sebagaimana yang dijelaskan Al-Qur'an keduanya tidak akan senang sampai umat Islam mengikuti agama dan kelompok mereka. Mereka melakukan berbagai macam cara dengan giat utuk memecah belah umat, melalui buku-buku, selebaran dan memanfaatkan tekhnologi yang mereka miliki. Mereka menipu dan menghasut umat misalnya melalui pemahaman pluralisme yang menyatakan semua agama sama. Ini adalah pemahaman yang sesat bahkan mengarah kepada kekafiran. Karena itu MUI telah mengeluarkan fatwa bahwa pernyataan dan keyakinan semua agama sama adalah pernyataan yang tidak bisa dibenarkan dan MUI telah mengharamkannya."

"Yang kedua, kelompok pemecah dari kalangan umat Islam sendiri. Tidak sedikit dari kelompok umat Islam yang justru memecah belah umat. Mereka mengeluarkan pernyataan-pernyataan yang memicu perpecahan umat, mereka misalnya menyebut maulid itu bid'ah, mengucapkan shalawat di setiap kegiatan itu bid'ah sehingga dengan pemahaman yang seperti itu mereka menyesatkan dan memusuhi kelompok Islam yang mengamalkannya. Kita harus waspada terhadap kelompok pemecah dari dalam ini, mereka bahkan sampai menggunakan banyak uang saking gigihnya untuk memecah belah umat ini."

"Ujian yang kedua adalah kebodohan. Pelajari dan tuntutlah ilmu agama ini dengan benar dan dari sumbernya yang asli. Al-Qur'an menyebutkan, yang manakah lebih layak kamu ikuti, orang yang memiliki pengetahuan atau orang yang tidak memiliki pengetahuan?. Dan Nabi Muhammad saww dalam haditsnya menyebutkan, Aku adalah kota ilmu, dan Ali adalah pintunya. Dari riwayat Nabi ini, jelas disebutkan bahwa Sayyidina Ali lebih layak diikuti setelah Nabi. Karenanya tuntutlah ilmu yang berasal langsung dari sumbernya. Sayangnya kebanyakan kaum muslimin menyingkirkan dan melupakan hadits-hadits yang bersumber dari Sayyidina Ali, keluarga, sahabat utama dan terdekat dengan Nabi, dan lebih banyak mengamalkan dan menerima hadits dari selain beliau."

Lebih spesifik mengenai ujian kebodohan ini, Prof Umar Shihab menasehatkan kepada para hadirin, "Selama di Iran belajarlah dengan sungguh-sungguh, rauplah ilmu sebanyak-banyaknya disini, dan ketika kembali ke tanah air, sampaikanlah argumen-argumen yang benar mengenai Islam. Tanggung jawab menjaga Islam berada di pundak kalian, para penuntut ilmu. Jauhilah kebodohan! Karena kebodohan adalah musuh kita bersama. Salah seorang ulama terkemuka Sunni asal Kairo, Syaikh Mutalawid Sayhrawi pernah mengatakan, persatuan umat Islam tidak akan tercapai jika umat Islam masih terbelenggu dalam kebodohan. Persatuan umat Islam hanya bisa dicapai jika umat Islam ini pandai. Mereka yang berhak untuk memberikan kritik atas pemahaman orang lain adalah mereka yang pandai dan berilmu, yang memiliki argumen-argumen yang kuat. Namun bukan berarti harus menyalahkan pemahaman yang berbeda. Ketika kalian kembali ke tanah air, silahkan ingin bermazhab apa, selama mazhab tersebut mendapat pengakuan dan pembenaran dari Islam. Sebagaimana MUI telah menyatakan bahwa Sunni dan Syiah sebagai mazhab yang benar. Maka dibenarkan umat Islam di Indonesia untuk memeluk salah satunya. Dan tidak dibenarkan satu sama lain saling menyalahkan yang dapat memecah belah persatuan."

"Satu hal yang mesti ditanamkan dalam benak pikiran saudara-saudara semua, adalah umat Islam hanya akan kuat dengan persatuan, dan menjadi lemah dengan perpecahan. Dan perintah Al-Qur'an umat Islam harus menjalin persatuan dan melarang kita untuk berpecah. Alhamdulillah, kita bersyukur dengan keberadaan Republik Islam Iran, yang sangat gigih bekerja keras untuk mewujudkan persatuan umat Islam ini dan diantara Negara yang menyatakan perlawanan terhadap imperialisme. Presiden SBY pernah berkata langsung kepada saya, Indonesia adalah Negara yang penduduknya umat Islam terbesar di dunia, namun mengapa tidak mampu memberi peranan terhadap terwujudnya persatuan umat Islam, khususnya persatuan antara Sunni dan Syiah?. Karenanya kami dari MUI menyambut baik ajakan dan undangan dari Republik Islam Iran untuk bekerjasama mewujudkan persatuan umat Islam."

Dipenghujung ceramah beliau, Ketua MUI Pusat Prof. DR. Umar Shihab kembali mempertegas pesan beliau kepada para pelajar Indonesia yang hadir, "Pesan Al-Qur'an Innamal mu'minuna ikhwa, orang-orang yang beriman itu bersaudara. Saudara-saudara belajarlah yang bersungguh-sungguh, dan ketika kembali ke tanah air, sampaikanlah ajaran Islam yang benar. Saya tidak menyatakan yang benar itu Syiah atau Sunni, tetapi keduanya. Jadilah rahmat bagi umat sekembali kalian ke tanah air, jangan justru menjadi pemecah belah umat. Dalam Sunni dan Syiah memang ada sekte-sekte atau kelompok yang menyimpang, itu harus kalian jelaskan kepada umat, singkap kekeliruan-kekeliruan mereka dan sampaikan ajaran yang benar. Sunni dan Syiah bersaudara, sama-sama umat Islam, itulah prinsip yang dipegang oleh MUI. Jika ada yang memperselisihkan dan menabrakkan keduanya, mereka adalah penghasut dan pemecah belah umat, mereka berhadapan dengan Allah swt yang menghendaki umat ini bersatu. Saya sudah tua, dan kiprah saya tidak lama lagi akan berakhir. Karenanya kalianlah yang saya harap untuk melanjutkan perjuangan untuk mempersatukan umat. Kembalilah ke tanah air, tunjukkan kiprah dan peran kalian. Semoga Allah swt mempersatukan umat Islam ini, sehingga bisa menjadi rahmat bagi sekalian alam."


Prinsip MUI: Sunni dan Syiah Bersaudara

Setelah Prof. Umar Shihab menyampaikan nasehatnya, dilanjutkan dengan sesi tanya jawab. Beberapa pelajar kemudian mengajukan pertanyaan. Diantara pertanyaan yang diajukan, bisakah MUI wilayah di daerah mengeluarkan fatwa yang bertentangan dengan fatwa yang dikeluarkan oleh MUI Pusat?. Prof Umar Shihab memberikan jawaban, MUI wilayah jika berkaitan khusus dengan persoalan umat di daerahnya dibenarkan untuk mengeluarkan fatwa sendiri, namun jika berkaitan dengan kepentingan nasional, maka yang berhak mengeluarkan fatwa hanya MUI Pusat yang harus diikuti oleh MUI-MUI di daerah. Dan MUI di daerah tidak memiliki wewenang untuk menganulir fatwa yang telah dikeluarkan MUI Pusat. "Misalnya ada MUI Daerah yang mengeluarkan fatwa Syiah itu sesat -namun Alhamdulillah syukurnya belum ada MUI Daerah yang mengeluarkan fatwa seperti itu- maka fatwa tersebut tidak sah secara konstitusi, sebab MUI Pusat menyatakan Syiah itu sah sebagai mazhab Islam dan tidak sesat. Jika ada petinggi MUI yang mengatakan seperti itu, itu adalah pendapat pribadi dan bukan keputusan MUI sebagai sebuah organisasi." Jelas beliau.

Ketika ditanyakan langkah-langkah MUI Pusat yang akan dilakukan untuk mewujudkan persatuan umat dan menyelesaikan perselisihan Sunni-Syiah, Prof. Umar Shihab menjelaskan bahwa MUI akan menjadi penyelenggara seminar Internasional Persaudaraan umat Islam di bulan Desember akhir tahun ini. "MUI akan mengundang ulama-ulama dari berbagai Negara, dari Mesir, Iran bahkan dari Arab Saudi termasuk Syaikh Yusuf Qhardawi untuk hadir sebagai pembicara. Indonesia insya Allah akan menjadi perintis persatuan umat Islam khususnya antara Sunni dan Syiah, semoga Allah membantu usaha-usaha kita." Jelas beliau.

Setelah memasuki waktu maghrib, dilakukan shalat maghrib berjama'ah. Yang diimami oleh Sayyid Farid, dan Prof. Umar Shihab menjadi jama'ah di shaf pertama. Acara pertemuan tersebut diakhiri dengan makan malam bersama, dan do'a bersama dipenghujung acara dipimpin oleh KH. Prof. DR. Umar Shihab.

Pertemuan Ketua MUI Pusat Prof. DR. Umar Shihab dengan pelajar Indonesia yang sedang berada di Qom Iran ini adalah pertemuan yang kedua kalinya, setelah sebelumnya dua tahun lalu diadakan pertemuan di tempat yang sama.

* Tapi masih ada golongan yang bodoh dan sentiasa mahu jadi bodoh.. Sibuk mahu menghukumkan kafir ke atas syiah dgn pelbagai hujah yang dangkal yg bersifat FITNAH semata2!!!

Sunday, April 10

Syiah dan Sahabat (Part VII ; Asad Haydar)

Qudamah bin Mad'un (Maz'un)

Qudamah bin Mad'un bin Habib wafat pada tahun 36H. Beliau adalah di kalangan sahabat yang terawal dan telah berhijrah sebanyak dua kali. Khalifah Umar bin al-Khattab menghantarnya ke Bahrain untuk urusan tertentu. Al-Jarud Sayyid 'Abd al-Qais datang berjumpa Umar bin al-Khattab daripada Bahrain dan beliau telah menyaksikan bahawa Qadamah telah meminum arak lalu mabuk.

Umar berkata: Siapakah yang menjadi saksi bersama anda? Jarud menjawab: Abu Hurairah. Lalu Umar pun berkata kepada Abu Hurairah: Dengan apakah anda menyaksikannya? Dia menjawab: Aku tidak melihatnya (minum) tetapi aku melihatnya mabuk dan muntah-muntah. Umar berkata:Anda telah menukar cara penyaksian. Kemudian beliau (Umar) menulis surat kepada Qadamah supaya dia datang dari Bahrain untuk menemuinya. Lalu dia datang. Al-Jarud berkata: Laksanakanlah had Allah ke atas (lelaki) ini. Umar berkata: Adakah anda bermusuhan (dengannya) atau sebagai saksi? Dia menjawab: sebagai saksi. Dia berkata:Sesungguhnya anda telah melakukan penyaksian anda.

Kemudian al-Jarud mendesak Umar agar melaksanakan had ke atasnya. Umar berkata: Aku fikir anda bermusuhan (dengannya), hanya seorang sahaja yang menyaksikannya bersama anda. Al-Jarud berkata:Semoga Tuhan memberi penjelasan kepada anda. Umar berkata: Anda mestilah menjaga lidah anda atau aku akan menyakiti anda. Maka dia berkata:Wahai Umar, adakah itu kebenaran, sepupu anda yang meminum arak kemudian anda menyakiti aku. Abu Hurairah berkata:Wahai Amir al-Mukminin jika anda mengesyaki pada penyaksian kami pergilah kepada anak perempuan Al-Walid dan bertanyalah kepadanya iaitu isteri Qadamah - maka Umar pun berjumpa Hind binti al-Walid dan meminta penjelasannya. Lantas dia memberi penyaksiannya ke atas suaminya. Kemudian Umar berkata kepada Qadamah:Aku akan melaksanakan had ke atas anda. Qadamah berkata: Jika aku meminum (arak) sebagaimana anda kata, anda tidak boleh menjalankan had ke atasku. Umar berkata: Kenapa? Qadamah menjawab: Kerana Allah berfirman:

"Tidak ada dosa bagi orang-orang yang beriman dan mengerjakan amalan yang soleh kerana memakan makanan yang telah mereka makan dulu, apabila mereka bertaqwa dan beriman dan mengerjakan amalan-amalan yang soleh."[54]

Umar berkata: Anda telah tersalah takwil. Jika anda bertaqwa kepada Allah, nescaya anda menjauhi apa yang diharamkan oleh Allah. Kemudian Umar bertanya kepada orang ramai dengan berkata: Apakah pendapat anda tentang sebat ke atas Qadamah? Mereka menjawab:Kami berpendapat anda tidak boleh menyebatnya selagi dia sakit. Kemudian Umar berdiam diri beberapa hari. Dia masih berazam untuk menyebatnya. Dia bertanya:Apakah pendapat kalian tentang sebat ke atas Qadamah?

Mereka berkata: Kami berpendapat anda tidak boleh menyebatnya selagi dia masih menderita kesakitan. Umar menjawab: Dia berjumpa dengan Allah setelah disebat lebih aku suka dari aku berjumpa denganNya sedangkan dia (Qadamah) berada "ditengkuk" ku.....Bawa datang satu tongkat kepadaku. Maka dia perintahkan supaya Qadamah disebat.[55]

Inilah kisah Qadamah dan perlaksanaan hukum had ke atasnya serta penakwilannya ke atas apa yang dilakukannya. Kami menyebutnya bukanlah untuk menurunkan kemuliaannya atau mencacinya tentang agamanya. Kerana beliau mempunyai kemuliaan hijrah dan termasuk di kalangan orang yang terdahulu (memeluk Islam). Tetapi kami menyebutnya untuk menerangkan bahawa tidaklah betul apa yang mereka dakwa bahawa "penakwil" tidak dikira
bersalah jika ia menyalahi ijma'. Sebagaimana juga kes Abul al-Ghadiyah yang membunuh Ammar bin Yasir, meskipun dia sendiri mengaku apa yang dilakukannya adalah satu jenayah yang akan memasukkannya ke neraka.[56]

Terdapat juga sekumpulan sahabat yang telah melakukan takwil tetapi mereka sebenarnya telah melakukan kesalahan. Oleh itu takwil mereka tidak dapat melepaskan mereka daripada had. Mereka itu ialah: Abu Jundal, Dirar bin al- Khattab, dan Abu al-Azwar. Abu Ubaidah mendapati mereka minum arak. Lantas beliau menentang mereka. Lalu Abu Jundal membaca firman Allah:

"Tidak ada dosa bagi orang-orang yang beriman dan mengerjakan amalan yang soleh memakan makanan yang mereka telah makan....."[57]

Tetapi dia tidak menerima hujah mereka, dan mengenaka had ke atas mereka. Di manakah keadilan untuk melaksanakan hukum had ke atas mereka jika mereka semuanya adil?

Begitu juga 'Abd al-Rahman bin Umar bin al-Khattab telah meminum arak di Mesir, lalu Amru bin al-As melaksanakan hukum had ke atasnya.[58]

Syiah dan Sahabat (Part VI ; Asad Haydar)

Sahabat Mengikut Batas Kitab Dan Sunnah

Adakah Syi'ah melampaui batas al-Qur'an dan Sunnah apabila mereka mengkritik perbuatan-perbuatan sebahagian sahabat yang terang-terang bertentangan dengan nas, tidak ada ruang untuk ditakwil dn dikompromikan?

Kerana pada umumnya sahabat tidak diberikan "kekuasaan pengurusan" di dalam hukum-hukum. Dan mereka pula tidak boleh menyalahi batas-batas hukum. Kerana ijtihad yang menyalahi nas (al-Qur'an dan Sunnah)[48] adalah suatu penolakan terhadap hukum. Dan membelakangi al-Qur'an itu sendiri.

Disebabkan kebanyakan sahabat baru memeluk Islam, adalah menjadi lumrah mereka dijinakkan dengan perkara-perkara tertentu. Dan tabiat itu sukar diatasi dengan cepat. Mereka itu tidak semuanya setanding, kerana terdapat di kalangan mereka yang menerima Islam lebih awal. Dan sesiapa yang kuat imannya akan menyibarkan Islam dan membawa "bendera keadilan", dengan niat yang betul. Dan berhijrah dengan iman yang suci. Nabi SAWA bersabda:

"Sesungguhnya amal perbuatan itu (dikira) dengan niat(niyat)nya, sesungguhnya setiap orang itu (dikira) apa yang ia niatkan. Maka sesiapa yang hijrahnya kepada Allah dan RasulNya, maka hijrahnya kepada Allah dan RasulNya. Dan sesiapa yang berhijrah untuk dunia yang ditujukan kepada wanita yang ia akan mengahwininya, maka hijrahnya itu kembali kepada niat hijrahnya." [49]

Mereka bertanya: "Wahai Rasulullah! Adakah kami akan diambil kira dengan apa yang kami lakukannya di (masa) jahiliyyah?" Maka Rasulullah SAWA menjawab:"Adapun sesiapa yang telah melakukan kebaikan daripada kamu di dalam (masa) Islam maka ia tidak akan diambilkira dengannya (amalannya di masa jahiliyyah) dan sesiapa yang melakukannya (di masa Islam) akan diambilkira (amalannya) di masa jahiliyyah dan Islam."[50]

Riwayat daripada Sahib berbunyi:

"Tidak beriman dengan al-Qur'an orang yang menghalalkan apa yang diharamkanNya."[51]

Ibn Umar berkata: Rasulullah SAWA menaiki mimbar masjid, lalu beliau menyeru dengan suara yang lembut: "Wahai kumpulan orang yang beriman dengan lidahnya, imannya tidak sampai ke hatinya, janganlah anda menyakiti Muslimin, memalukan mereka, mencari keaiban mereka. Sesiapa mencari keaiban saudara Muslimnya, nescaya Allah akan mendedahkan keaibannya. Dia akan mendedahkan sekalipun dia berada di dalam "perjalanannya" yang jauh."[52]

Demikian betapa jelasnya kepada kita hadith-hadith Nabi SAWA dan ayat-ayat al-Qur'an yang menunjukkan bahawa manusia adalah sama di hadapan hukum-hukum Allah SWT sama ada sahabat atau tidak. Dan untuk menentukan keadilan adalah bergantung kepada perbuatan individu. Tidak ada ertinya keadilan tanpa amal.

Sahabat sepatutnya melakukan keadilan lebih ketara lagi. Pendapat yang mengatakan ijtihad mereka adalah mutlak, menghadapi kesukaran di dalam menentukan keadilan. Hasilnya menjadi beku dan tidak memberi erti banyak faedah. Kerana melakukan ta'wil ketika wujudnya nas bermakna menolak hukum (yang ditetapkan oleh nas). Oleh itu tidaklah sah mereka menakwilkannya kerana ianya bercanggah dengan zahirnya. Kemudian mereka pula mengharuskan (bagi mereka) menyalahi zahirnya. Kerana hukum adalah sama
bagi manusia untuk menentukan keadilan mereka. Justeru itu tiada siapa pun yang boleh untuk tidak mematuhinya atau tidak melaksanakannya.

Bagi kami politik Imam Ali bin Abi Talib dan sirahnya pada masa khalifah-khalifah yang terdahulu daripadanya dan masa pemerintahannya adalah menjadi bukti yang kuat kepada apa yang kami perkatakan. Beliau melaksanakan hukum had ke atas orang yang melampaui hudud Allah dan menilai seseorang pengikut perbuatannya. Jika seseorang itu besar kedudukannya di sisi Allah, maka besarlah kedudukannya di sisinya. Berapa banyakkah beliau menyeru orang yang mereka namakan sahabat, telah menyalahi Kitab Allah dan Sunnah RasulNya dan memeranginya pula? Beliau mengisytiharkan dirinya bersih daripada mereka malah mengisytiharkan cacian beliau ke atas sebahagian mereka di atas mimbarnya kerana mereka menyalahi Kitab Allah dan Sunnah NabiNya SAWA.

Sesiapa yang mengkaji perjanjian-perjanjian Imam Ali AS dengan pegawai-pegawainya, wasiat-wasiatnya kepada pemerintah-pemerintah angkatan tenteranya, dan surat-suratnya kepada gabenor-gabenornya,[53] nescaya dia akan dapati betapa tidak betulnya kata-kata bahawa semua sahabat adalah adil, sekalipun mereka melakukan apa yang telah diharamkan Allah SWT.
Kita tidak berpeluang untuk membicarakan tentang sirah Imam Ali AS dengan panjang lebar ketika kita membicarakan sahabat. Walau bagaimanapun sahabat-sahabat Muhammad SAWA mestilah menjauhi apa yang dilarang oleh Allah Ta'ala, berhidayah dengan hidayah RasulNya, dan tidak membuka peluang kepada sesiapapun untuk menakwil bagi menentang nas. Kerana ijtihad mempunyai syarat-syarat. Semoga kisah Qadamah sebaik-baik bukti bagi menjelaskan perkara ini.

Syiah dan Sahabat (Part V ; Asad Haydar)

Berbagai pendapat mengenai definisi sahabat [42] telah dikemukakan. Ada pendapat yang mengatakan, "Sesiapa yang bersahabat dengan Nabi SAWA atau melihatnya daripada orang-orang Islam, maka ia adalah (tergolong) daripada sahabat-sahabatnya."

Definisi inilah yang dipegang oleh al-Bukhari di dalam Sahihnya.[43]

Sementara gurunya Ali bin al-Madini berpendapat, "Sesiapa yang bersahabat dengan Nabi SAWA atau melihatnya, sekalipun satu jam di siang hari, adalah sahabatnya."

Definisi ini meliputi orang yang murtad pada masa hidup Nabi SAWA, dan selepasnya. Walau bagaimanapun setiap orang mempunyai pendapatnya sendiri, sekalipun ianya tidak masuk akal. Kerana al-Riddah (kemurtadan) itu menghapuskan amal. Lantaran itu "nama sahabat" tidak ada tempat baginya. Pendapat ini disokong oleh al-Syafi'i di dalam al-Umm.[44]

Manakala al-Zain al-Iraqi berkata: "Sahabat adalah sesiapa yang berjumpa dengan Nabi sebagai seorang Muslim, kemudian mati di dalam Islam."

Said bin Musayyab berpendapat, "Sesiapa yang tinggal bersama Nabi selama satu tahun atau
berperang bersamanya satu peperangan."

Pendapat ini tidak boleh dilaksanakan kerana ianya mengeluarkan sahabat-sahabat yang tinggal kurang daripada satu tahun bersama Nabi SAWA dan sahabat-sahabat yang tidak ikut berperang bersamanya.

Ibn Hajar berkata:"Definisi (sahabat) tersebut tidak boleh diterima."[45]

Ibn al-Hajib menceritakan pendapat 'Umru bin Yahya yang mensyaratkan seorang itu tinggal bersama Nabi dalam maa yang lama dan "mengambil (hadith) daripadanya.[46]

Ada juga pendapat yang mengatakan:"Sahabat adalah orang Muslim yang melihat Nabi SAWA dalam masa yang pendek. Walau bagaimanapun definisi-definisi tersebut menegaskan bahawa sesiapa yang mendengar daripada Nabi SAWA atau melihatnya daripada orang Islam secara mutlak mereka semuanya adil - mengikut pendapat mereka - dan mereka pula adalah Mujtahidin.

Inilah titik perbezaan pendapat mengenai sahabat. Justeru itu Syi'ah tidak menetapkan keadilan (al-'adalah) kepada sahabat melainkan kepada mereka yang benar-benar berhaknya: tidak ada dalil atau bukti bahawa setiap sahabat itu adil dan mujtahid. Lantaran itu ianya tidak boleh dipastikan. Syi'ah mengkaji perbuatan-perbuatan mereka dengan fikiran terbuka, dan menilai setiap sahabat, dengan berdasarkan perbuatan-perbuatannya. Syi'ah tidak menyalahi Kitab Allah, Sunnah RasulNya dan amal Salaf al-Salih di dalam menilai mereka mengenai perbezaan darjat sahabat dan orang yang benar-benar berhak nama sahabat. Lantaran itu tidak hairanlah jika Syi'ah dikecam dengan berbagai kecaman dan tuduhan yang direncanakan oleh musuh-musuh mereka. Jikalaulah di sana datangnya keinsafan, terbukanya fikiran, berdasarkan
hakikat, nescaya tuduhan-tuduhan itu tidak berlaku dan permasalahan-permasalahan dapat diselesaikan.

Apa yang anehnya ialah menuduh Syi'ah mencaci sahabat dan melaknat semua sahabat. Sedangkan mereka dikenali sebagai orang yang patuh kepada Ali AS, membantunya di dalam peperangan menentang penderhaka-penderhakanya, mereka adalah sebaik-baik umat.


Penghormatan Syi'ah Terhadap Sahabat


Syi'ah menghormati sahabat-sahabat Muhammad SAWA yang diuji dengan ujian yang baik di dalam membantu agama Islam, yang berjuang dengan jiwa raga dan harta mereka.

Sesungguhnya doa yang dibaca oleh Syi'ah untuk sahabat-sahabat Muhammad SAWA adalah bukti yang nyataa menunjukkan penghormatan dan kasih sayang mereka yang ikhlas.

Ya! Sesungguhnya Syi'ah berdoa kepada Allah untuk pengikut-pengikut para rasul secara umum dan sahabat-sahabat Muhammad SAWA secara khusus mengikut apa yang mereka warisi daripada imam-imam mereka yang al-Tahirin.

Di antara doa yang paling masyhur ialah doa Imam Ali Zainal al-Abidin AS sebagaimana tertulis di dalam Sahifah [47]nya yang dikenali dengan Zabur Muhammad:

"....Wahai Tuhanku cucurilah rahmatmu ke atas sahabat-sahabat Muhammad secara khusus, yang baik persahabatannya, yang telah diuji dengan ujian yang baik di dalam pertolongannya. Dan yang telah membantunya. Dan bersegera untuk menyambutkan, berlumba-lumba kepada seruannya. Dan yang menyahut seruannya sebaik sahaja dia memperdengarkan mereka hujah perutusannya. Dan yang telah ditinggalkan oleh suku keluarga kerana mereka berpegang dengan ikatannya, sehingga terlepas daripada mereka hak kerabat, kerana mereka berada di bayangan kekerabatannya (Muhammad SAWA). Wahai Tuhanku! Mereka tidak tinggal apa lagi untukMu dan padaMu, REDHAILAH mereka kerana KEREDHAANMU dan dengan apa yang mereka telah mempertahankan kebenaran ke atasMu. Mereka melakukan semua itu adalah untukMu dan kepadaMu. Dan aku berterima kasih kepada mereka kerana penghijrahan rumahtangga mereka kepadaMu dan keluarnya mereka daripada kesenangan hidup kepada kesusahannya...."


Mereka itu adalah sahabat-sahabat Muhammad SAWA yang dihormati oleh Syi'ah. Keluarga Muhammad SAWA terhutang budi kepada mereka. Mereka mengambil pengajaran Islam daripada sumber yang betul datangnya dari mereka (Ahlul Bayt).

Tetapi permainan politik dan api permusuhan di kalangan puak-puak telah melahirkan banyak permasalahan di masa lalu, di mana puak-puak tertentu bangkit untuk menyibarkan fitnah kerana cintakan kuasa dan tamak kepada pengaruh secara devide and rule (pecah dan perintah).
Ringkasnya zaman permainan politik sedemikian rupa, tidak begitu ketara lagi.

Kerana kita sekarang berada di zaman kebebasan pemikiran dan kemajuan. Adakah wajar bagi kita meneruskan kefanatikan tersebut? Dan bergembira dengan rancak kepuakan? Sedangkan kita jauh dari kenyataan dengan mengabaikan tanggungjawab kita bersama untuk menentang musuh-musuh Islam. Mereka menghalakan kepada kita segala bentuk pemikiran dan prinsip
yang rosak.

Alangkah baiknya kata-kata kesat tanpa kebenaran yang digunakan oleh orang-orang yang lemah akal dan mempunyai pandangan yang sempit Ahl al-Jumud dikikiskan terutamanya apabila mereka menulis tentang Syi'ah. Tidakkah ianya suatu kebenaran jika mereka mengkaji dakwaan mereka dengan teliti?

Sesungguhnya menuduh Syi'ah mencaci sahabat dan mengkafirkan mereka secara umum adalah tuduhan yang palsu, patuh kepada asabiyyah kepuakan yang berasaskan waham dan kebatilan.

Friday, April 8

Syiah dan Sahabat (Part IV ; Asad Haydar)


Keumuman Sahabat & Keistimewaan mereka

Di kalangan Sahabat, ada yang termasuk dalam golongan munafiq, orang yang melakukan fitnah dan orang yang menukarkan perkara-perkara tertentu bagi Rasulullah . Mereka melakukan penipuan sehingga datangnya kebenaran, dan perintah Allah, lalu mereka membencinya. Terdapat di kalangan mereka yang menyakiti Rasulullah dan disifatkan oleh Allah di dalam firmanNya yang bermaksud: "Di antara mereka ada yang menyakiti Nabi dan mengatakan: Nabi mempercayai semua apa yang di dengarnya."[6]

Dan firmanNya: "Sesungguhnya orang-orang yang menyakiti Allah dan RasulNya, Allah akan melaknatinya di dunia dan di akhirat, dan menyediakan baginya seksa yang menghinakan."[7]

"Dan orang-orang yang menyakiti Rasulullah itu bagi mereka azab yang pedih."[8].

Terdapat di kalangan mereka penipu-penipu dan orang yang menzahirkan keimanan. Allah menyifatkan mereka di dalam firmanNya : "Di antara manusia ada yang mengatakan:Kami beriman kepada Allah dan Hari Kemudian; padahal mereka itu sesungguhnya bukan orang-orang yang beriman. Mereka hendak menipu Allah dan orang-orang yang beriman;
padahal mereka hanya menipu dirinya sendiri sedang mereka tidak sedar."[9]

"Dan apabila mereka berjumpa dengan orang-orang yang beriman, mereka mengatakan "kami telah beriman." Dan bila mereka kembali kepada syaitan-syaitan mereka mereka mengatakan: Sesungguhnya kami berpendirian dengan kamu, kami hanyalah berolok-olok."[10]

"Dan di antara mereka ada orang yang telah berikrar kepada Allah: Sesungguhnya jika Allah memberikan sebahagian kurniaNya kepada kami, pastilah kami akan bersedekah dan pastilah kami termasuk orang-orang yang soleh. Maka setelah Allah memberikan kepada mereka sebahagian dari kurniaNya, mereka kikir dengan kurnia itu, dan berpaling, dan mereka
memanglah orang-orang yang selalu membelakangi (kebenaran). Maka Allah menimbulkan kemunafiqan pada hati mereka sampai kepada waktu mereka menemui Allah, kerana mereka telah memungkiri terhadap Allah apa yang mereka telah ikrarkan kepadaNya dan juga kerana mereka selalu berdusta."[11]

Wal-hal sahabat mempunyai kedudukan yang tinggi. Secara umumnya ianya mengandungi orang yang telah diuji hatinya dengan keimanan, keikhlasan terhadap Allah, berjuang dengan gigih dan telah mencapai darjat kesempurnaan diri. Maka mereka itu menjadi contoh bagi kemuliaan akhlak iaitu mereka yang takut kepada Allah dan mematuhi segala suruhanNya.

Sebagaimana firmanNya: "Sesungguhnya orang-orang yang beriman itu adalah mereka yang apabila disebut Allah gementarlah hati mereka, dan apabila dibacakan kepada mereka ayat-ayatNya, bertambahlah iman mereka (kerananya) dan kepada Tuhanlah mereka bertawakkal (iaitu) orang yang mendirikan solat dan yang menafkahkan sebahagian dari rezeki yang kami berikan kepada mereka."[12]

Sebagaimana juga sahabat tidak termasuk orang yang imannya tidak memasuk hatinya.

FirmanNya:

"Mereka mengucapkan dengan lidahnya apa yang tidak ada dalam hatinya."[13]

Oleh itu sahabat tidak maksum (terpelihara daripada dosa) sama ada pada masa hayat Nabi SAWA atau selepasnya. Terdapat sebuah Hadith dengan sanadnya diriwayatkan oleh Abu Abdullah al-Ansari daripada Abu Darda'. Dia berkata: Aku bertanya wahai Rasulullah sesungguhnya telah sampai kepadaku Hadith anda yang berbunyi:

"Akan murtad beberapa golongan selepas mereka beriman? Rasulullah SAWA menjawab: Ya! Tetapi anda bukanlah daripada mereka."[14]

Apa yang aneh ialah terdapat setengah orang memberikan alasan bahawa maksud dengan orang yang murtad itu ialah oang yang telah membunuh Uthman. Sedangkan Abu Darda' telah meninggal dunia sebelum pembunuhan Uthman. Ini memberikan implikasi "pengutukan" terhadap kebanyakan sahabat Kerana mereka terlibat dengan pembunuhan Uthman. Hanya sebilangan kecil sahaja yang tidak terlibat.

Di antara bukti-bukti penafian "keadilan" (al-'Adalah) sahabat pada masa Nabi SAWA ialah seperti berikut:

1. Seorang lelaki menulis untuk Nabi SAWA. Dia membaca Surah al-Baqarah dan Surah Ali Imran: Nabi SAWA menyuruh dia menulis "ghafuran rahima" tetapi dia menulis ''aliman hakima". Maka Nabi SAWA berkata kepadanya: Tulislah….(apa yang disuruh). Lelaki itu berkata: Aku akan tulis apa yang aku mahu. Nabi SAWA menyuruh dia menulis "aliman hakima" maka lelaki itu menulis "sami'an basira". Dia berkata: Saya lebih mengetahui daripada kalian tentang Muhammad. Nabi SAWA bersabda: Bumi tidak akan menerimanya. Anas berkata: Abu Talhah memberitahuku bahawa dia telah pergi ke tempat lelaki itu ditanam, dan didapatinya tidak diterima oleh bumi. Lalu Abu Talhah bertanya: Apakah dengan keadaan lelaki itu? Mereka menjawab: Kami telah mengkebumikannya beberapa kali tetapi bumi tidak menerimanya. Ibn Kathir berkata: Hadith ini adalah mengikut syarat Bukhari dan Muslim tetapi keduaduanya tidak mencatatkannya di dalam Sahih-Sahih mereka.[15]

2. Al-Walid bin Uqbah bin Abi Mu'it [16] yang telah dinamakan oleh Allah sebagai fasiq ketika diutuskan oleh Nabi SAWA untuk memungut zakat daripada Bani Mustalaq. Dia pulang dan memberi tahu Nabi SAWA bahawa Bani Mustalaq telah keluar untuk memeranginya. Lalu Nabi SAWA bersiap sedia dengan tentera untuk memerangi mereka. Maka Allah berfirman:

"Hai orang-orang yang beriman, jika datang kepadamu orang fasiq membawa suatu berita maka periksalah dengan teliti agar kamu tidak menimpakan suatu musibah kepada suatu kaum tanpa mengetahui keadaannya yang menyebabkan kamu menyesal atau perbuatanmu itu."[17]

Dia adalah di kalangan sahabat, dan di manakah keadilan daripada seorang yang fasiq?


3. Al-Jadd bin Qais daripada Bani Salmah telah diturunkan ayat mengenaiNya.

FirmanNya:

"Di antara mereka ada orang yang berkata:"Berilah saya keizinan (tidak pergi berperang) dan janganlah kamu menjadikan saya terjerumus ke dalam fitnah." Ketahuilah bahawa mereka telah terjerumus ke dalam fitnah. Dan sesungguhnya Jahannam itu benar-benar meliputi orang-orang kafir."[18]

4. Masjid Dirar.

Tahukah anda bahawa masjid Dirar telah dibina oleh golongan yang "mereka" panggil sahabat yang berpura-pura menunaikan sembahyang di dalam beberapa waktu kemudian Allah mendedahkan rahsia mereka dan ternyatalah perbuatan mereka. Sesungguhnya mereka adalah orang munafiq.

Allah berfirman:

"Dan orang yang mendirikan masjid untuk menimbulkan kemudaratan dan (kerana) kekafiran(nya), dan untuk memecah-belah antara orang-orang Mukmin serta menunggu kedatangan orang-orang yang telah memerangi Allah dan RasulNya sejak dahulu. Mereka sesungguhnya bersumpah "kami tidak menghendaki selain kebaikan." Dan Allah menjadi saksi bahawa sesungguhnya mereka itu adalah pendusta."[19]

Mereka terdiri daripada dua belas orang Munafiqin iaitu Khuzam bin Khalid bin Ubaid, Mu'tab bin Qusyair, Abu Habibah bin Abi Az'ar dan lain-lain.[20]

5. Tha'labah bin Hatib bin Umar bin Umayyah di antara orang yang turut berperang di dalam peperangan Badar dan Uhud. Dia tidak mahu mengeluarkan zakat hartanya. Lalu Allah berfirman: Dia tidak mahu mengeluarkan zakat hartanya. Lalu Allah berfirman:

"Dan di antara mereka ada orang yang telah berikrar kepada Allah:"Sesungguhnya jika Allah memberi sebahagian kurniaNya kepada kami, pastilah kami akan bersedekah dan pastilah kami termasuk orang yang saleh."[21]

Tha'labah adalah sahabat yang sentiasa mengerjakan salat. Dia asalnya seorang yang miskin. Dia meminta rasululullah SAWA memohon kepada Allah untuknya. Dia berkata:"Pohonkanlah kepada Allah untukku supaya Dia mengurniakan harta yang banyak." Lalu Rasulullah SAWA bersabda:"Wahai Tha'labah harta yang sedikit yang kamu bersyukur lebih baik daripada harta yang banyak." Maka Tha'labah berkata:"Demi orang yang telah mengutuskan kamu dengan kebenaran sebagai seorang Nabi supaya kamu menyeru Allah supaya Dia mengurniakan rezeki yang banyak. Demi Allah aku akan memberi hak kepada orangnya." Lalu Rasulullah SAWA bersabda:"Wahai Tuhanku! Kurniakanlah Tha'labah harta, kemudian hartanya bertambah, tetapi dia tetap tidak mahu memberi zakat. Dan dia adalah termasuk orang yang
berbohong."[22]

6. Dhu al-Thadyah. Adalah seorang sahabat yang disegani kerana kuat beribadat. Tetapi Nabi SAWA mengarahkan supaya dia dibunuh. Nabi SAWA bersabda:

"Dia adalah seorang lelaki dimukanya terdapat tompok daripada syaitan. Beliau menghantar Abu Bakar untuk membunuhnya, manakala dia (Abu Bakar) melihatnya sedang sembahyang, dia kembali (tidak membunuhnya), lalu Nabi menghantar Umar, tetapi dia tidak membunuhnya. Kemudian beliau menghantar Ali AS tetapi dia tidak mendapatinya (dia telah pergi).[23]

7. Golongan yang mereka namakan sahabat juga telah berkumpul di rumah Suwailam. Lalu mereka menegah orang ramai datang kepada Rasulullah SAWA. Maka Rasulullah SAWA menyuruh supaya rumah tersebut dibakar.[24]

8. Qazman bin al-Harith telah ikut serta berperang di dalam Peperangan Uhud, bersama Nabi SAWA. Sahabat-sahabat yang lain berkata: "Tidak seorang pun daripada kami diberi pahala seperti yang diberikan kepadanya." Nabi SAWA menjawab: "Sesungguhnya dia daripada ahli neraka." Manakala beliau terluka, lalu jatuh, seorang berkata kepadanya: Tahniah kepada anda ke syurga. "Dia menjawab kepadanya: "Syurga daripada kutu. Demi Allah kami tidak berperang selain daripada mendapat ganjaran duniawi."[25]

9. Al-Hakim bin Abil-As bin Umaiyyah bin Abd Syams diusir dari Madinah dan dilaknati oleh Rasulullah SAWA. Dia adalah bapa kepada Marwan dan bapa saudara kepada Uthman bin Affan. Al-Fakihi telah memberitahu dengan sanad daripada az-Zuhri dan Ata' al-Khurasani bahawa sahabat-sahabat menziarahi Rasulullah SAWA ketika itu beliau sedang melaknati al-Hakam. Mereka bertanya: "Wahai Rasulullah ! Apakah dengannya? Rasulullah menjawab: "Dia memasuki (rumahku) melalui dinding yang pecah sedangkan aku bersama isteriku……"

Nabi SAWA berjalan di hadapan al-Hakam, lantas al-Hakam mencuitkan Nabi SAWA dengan anak jarinya (iaitu mempersendakannya). Lalu Nabi SAWA berpaling dan melihatnya dan berkata:"Wahai tuhanku jadikannya seorang yang tidak berguna." Kemudian dia (al-Hakam) segera lari dari tempatnya. Dia dinamakan Khait al-Batil "Benang Palsu." Rasulullah SAWA berkata kepadanya: "Celakalah umatku daripada keturunan lelaki ini."[26]

10. Apabila Rasulullah SAWA melawat Ka'ab pada masa sakitnya. Maka ibu Ka'ab pun berkata: "Tahniah ke syurga wahai Ka'ab." Rasulullah SAWA menjawab:"Apa sebab yang anda berpendapat sedemikian wahai ibu Ka'ab? Mana tahu Ka'ab telah mengucap apa yang tidak harus diucapkan."[27]

11. Al-Wahidi telah mencatatkan sebuah Hadith daripada Ibn Abbas mengenai firman Tuhan: "Dan sesungguhnya kami telah mengetahui orang-orang yang terdahulu daripadamu dan sesungguhnya kami mengetahui pula orang-orang yang terkemudian."[28] Beliau berkata; "Seseorang wanita cantik sedang sembahyang di belakang Rasulullah SAWA. Sebahagian sahabat berada di barisan depan supaya mereka tidak melihatnya. Dan sebahagian sahabat berada di barisan akhir, apabila mereka rukuk, mereka dapat melihat wanita tersebut menerusi ketiak mereka.[29] Lalu Allah berfirman: (al-Hijr:24).

12. Ibn Hanbal telah menulis di dalam Musnadnya daripada Abdullah bin Mas'ud daripada Nabi SAWA bersabda:

"Akulah yang mendahului kamu di Haud dan aku menentang mereka (aqwaman) kemudian aku akan mendapat kemenangan ke atas mereka dan aku akan berkata: Wahai Tuhanku! Sahabat-sahabatku! Dia akan berkata:"Kamu tidak mengetahui apa yang mereka telah lakukan (bid'ah) selepas kamu."[30]

Al-Turmidhi pula mencatatkan sebuah Hadith Nabi SAWA berbunyi:

"……Aku berkata: Wahai Tuhanku sahabat-sahabatku. Maka ia dijawab: Sesungguhnya kamu tidak mengetahui apa yang mereka telah lakukan (bid'ah) selepas kamu. Sesungguhnya sebahagian mereka sentiasa murtad* semenjak kamu meninggalkan mereka….."[31]

Semoga bukti-bukti yang dikemukakan itu tidaklah begitu panjang sehingga menjemukan pula. Oleh itu memadailah kamu menerangkan sebahagian kecil daripada bukti-bukti yang menafikan keadilan sahabat secara umum dan mutlak. Sebenarnya persahabatan (dengan Nabi SAWA) adalah suatu keistimewaan tetapi ianya bukanlah suatu kemaksuman kerana terdapat di kalangan mereka (sahabat) yang adil, wali-wali dan siddiqun. Mereka merupakan ulama ummah
dan pembawa Hadith Nabi SAWA sebagaimana juga terdapat di kalangan sahabat yang majhul al-hal tidak diketahui latar belakang mereka.[32]

Malah terdapat sahabat munafiq dan penjenayah-penjenayah sebagaimana firman Allah Ta'ala:

Terjemahan: "Di antara orang-orang Arab Badwi yang di sekelilingmu itu ada orang-orang munafiq, dan (juga) ada di antara penduduk Madinah. Mereka keterlaluan dalam kemunafiqannya. Kamu (Muhammad) tidak mengetahui mereka (tetapi) Kamilah yang mengetahui mereka. Nanti mereka akan Kami siksa dua kali kemudian mereka akan dikembalikan kepada azab yang besar."[33]

Di kalangan sahabat ada yang menyakiti hati Rasulullah SAWA. FirmanNya:

"Dan orang-orang yang menyakiti Rasulullah itu bagi mereka azab yang pedih."[34]

Kepada Allah kita melepaskan diri kita daripada mereka dan daripada orang yang di dalam firmanNya:

"Mereka menjadikan sumpah-sumpah mereka sebagai perisai, lalu mereka halangi (manusia) dari jalan Allah kerana itu mereka mendapat azab yang menghinakan."[35]

Dan orang yang menipu sebagaimana firmanNya;

"Sesungguhnya orang-orang "munafiq" itu menipu Allah, dan Allah akan membalas tipuan mereka. Dan apabila mereka berdiri untuk bersolat, mereka berdiri dengan malas. Mereka bermaksud riya' (dengan solat) di hadapan manusia. Dan tidaklah mereka menyebut Allah kecuali sedikit sekali.

Mereka di dalam keadaaan ragu-ragu antara yang demikian (iman atau kafir);tidak masuk keadaan golongan ini (orang-orang kafir). Barang siapa yang disesatkan Allah maka kamu sekali-kali tidak akan mendapat jalan (untuk memberi petunjuk) baginya."[36]

Al-Qur'an menerangkan dengan jelas tentang wujudnya golongan yang mendengar dakwah Rasulullah SAWA tetapi Allah mengunci hati mereka kerana mereka menurut hawa nafsu mereka. Dia berfirman:

"Dan di antara mereka ada orang yang mendengarkan perkataanmu sehingga apabila mereka keluar dari sisimu mereka berkata kepada orang yang telah diberi ilmu pengetahuan: Apakah yang dikatakan tadi? Mereka itulah orang-orang yang dikunci hati mereka oleh Allah dan mengikuti hawa nafsu mereka."[37]

Sebagaimana juga Allah melaknati golongan yang terdapat di hati mereka "penyakit", dan mereka merosak di bumi dan memutuskan silatur-rahim.

FirmanNya:

"Mereka itulah orang-orang yang dilaknati Allah dan dituliskanNya telinga mereka dan dibutakanNya penglihatan mereka. Maka apakah mereka tidak memperhatikan al-Qur'an ataukah hati mereka terkunci?[38]

Ya! Di manakah mereka itu selepas Rasulullah SAWA? Merekalah yang telah membuat Nabi SAWA menanggung penderitaan dan kesusahan di dalam hidupnya.[39]

Adakah keadaan mereka berubah selepas kewafatannya daripada nifaq kepada iman? Daripada kerosakan kepada kebaikan, daripada syak kepada yakin sehingga mereka termasuk ke dalam golongan sahabat yang adil, warak, taqwa, mulia diri, mempunyai keilmuan yang tinggi, lemah-lembut, berkorban di jalan Allah sebagaimana firmanNya:

Terjemahan: "Sesungguhnya orang-orang yang beriman hanyalah orang yang beriman kepada Allah dan RasulNya kemudian mereka tidak ragu-ragu dan mereka berjihad dengan harta dan jiwa mereka pada jalan Allah, mereka itulah orang-orang yang benar.[40]

Kami tidak syak kepada agama kami dan kami tidak menentang perkataaan yang benar di dalam menilai perbezaan kedudukan sahabat dan darjat mereka. Kerana kami akan mengikut sahabat yang benar sahaja. Dan kami akan mematuhi mereka yang bersifat dengan sifat-sifat yang mulia, sebagaimana diterangkan oleh Allah dan RasulNya. Begitu juga kami tidak mempercayai sahabat yang menjadi pengkhianat kepada Allah dan RasulNya. Kerana itu merupakan suatu penjenayahan dan suatu pengkhianatan terhadap Islam. Dan kami tidak cenderung kepada orang yang zalim daripada mereka.[41]

Dan kami menentang orang yang menentang Allah dan RasulNya. Inilah perkataan yang benar, dan perkataan yang benar itu lebih berhak diikuti.

* Maksud murtad yang tercatat di dalam hadith riwayat bukhari tersebut bukanlah bermaksud meninggalkan Islam walaupun tidak dapat dinafikan bahawa memang wujud dikalangan sahabat yang murtad (akan dibicarakan pada posting yang lain), namun Syiah memahami bahawa golongan Sahabat itu meninggalkan wilayah kepimpinan yang telah Nabi SAWW tetapkan kepada mereka.

p/s : bersambung, insya'allah..

Syiah dan Sahabat (Part III ; Asad Haydar)


Syiah dengan erti kata sering disinonimkan dengan ungkapan,"suka menghina, mencaci dan mengkafirkan golongan sahabat". Fenomena tuduhan membabi buta ke atas Syiah ini sudah menjadi kebiasaan bagi golongan Ahli Sunnah yang jahil mengenai Syiah itu sendiri dengan hanya melakukan pengkajian terhadap sumber pihak kedua yang kebanyakannya bersifat prejudis terhadap Syiah. Perkara ini menyebabkan Syiah sering disalah tanggapi berkurun zaman lamanya sehinggalah masyarakat dewasa kini sekaligus masyarakat terkeliru lalu mereka menghukum Syiah Kafir disebabkan menolak para Sahabat. Realitinya, tanggapan ini adalah suatu tanggapan yang dangkal dan jauh sekali daripada hakikat sebenar pandangan Syiah terhadap golongan yang dinamakan Sahabat. Saya mendapat dimaklumkan daripada ramai sahabat saya yang mengikuti mana-mana bengkel atau seminar di negara ini khususnya mengenai isu Syiah kesemuanya berhujah dengan hujah yang sama dan lansung tiada hubungan dengan Syiah bahkan bersifat fitnah semata-mata.

Samada dari kalangan golongan ustaz2, profesor2, pegawai jabatan agama, kesemuanya tidak cermat dan berhikmah dengan berhujah mengenai Syiah. Saya berani cabar mana-mana pihak yang merasakan bahawa dakwaan mereka terhadap Syiah mengkafirkan sahabat itu benar supaya mengemukakan mana-mana nas yang sarih dikeluarkan dari mana-mana kitab syiah mahupun dikalangan marja' Syiah yang sah yang mengatakan bahawa sahabat itu kafir atau mereka mencaci sahabat!!! Golongan ini kebanyakannya gagal memahami metod asas bagi pengambilan sumber di kalangan Syiah itu sendiri lalu dengan mudahnya mereka mengelurkan pelbagai dakwaan dan tomahan yang tidak berasas. Atas dasar tersebut, saya rasa terpanggil untuk menjelaskan perkara tersebut, antaranya dengan mengeluarkan pandangan daripada Syaikh Asad Haydar dalam kitabnya Al-Syiah wa al-Sahabah. Beirut. 1980. Semoga beroleh manfaat dan selamat mengikuti kupasan ini.


Kita berada di hadapan permasalahan yang besar di mana sejarah berdiri di hadapannya di dalam keadaaan terbelenggu. Kebenarannya tersembunyi di sebalik dakwaan-dakwaan yang palsu. Dan perkataan-perkataan yang kosong telah menutupi jalan-jalan yang membawanya kepada kebenaran. Sebagaimana di sekitarnya pula diukir dengan berbagai-bagai permasalahan dan kesamaran. Ianya tidak dikaji secara ilmiah supaya pokok persoalan menjadi terang dan kebenaran itu akan lahir dengan sewajarnya.

Walau bagaimanapun, sebahagian para sejarahwan mencela Syiah. Dan mengaitkan perkara-perkara tertentu kepada mereka tanpa penelitian. Mereka menulis tanpa ikatan dan syarat; menuduh Syiah tanpa perasaan keagamaan atau pendinding sentimen. Tuduhan yang terpenting ialah mengenai persoalan sahabat dan mentakfirkan mereka (mengkafirkan mereka) - semoga dijauhi Allah Ta'ala - yang mewajibkan hukuman kafir ke atas mereka dan menghukum mereka terkeluar daripada agama Islam sebagaimana berikut:

Berkata al-Sayyid Syarafuddin al-Musawi: "Sesungguhnya sesiapa yang mengkaji pendapat kami mengenai sahabat, nescaya dia akan mengetahui sesungguhnya pendapat kami adalah yang paling sederhana. Kerana kami tidak melampaui mengenainya sebagaimana yang dilakukan oleh pelampau-pelampau yang mengkafirkan semua sahabat. Begitu juga kami tidak melampaui jumhur yang mempercayai semua sahabat."Ahlul Sunnah berkata: "Setiap Muslim yang mendengar Nabi atau melihatnya adalah adil secara mutlak."


Kami berpendapat sekalipun sahabat mempunyai kelebihan tetapi ianya bukanlah maksum. Lantaran itu sahabat seperti orang lain ada yang adil, ada yang derhaka, ada yang melakukan jenayah. Dan malah terdapat sahabat yang tidak dikenal pasti latar belakang mereka. Oleh itu kami berhujah berdasarkan keadilan mereka. Kami menghormati mereka di dunia dan di akhirat. Adapun penderhaka-penderhaka dan penjenayah-penjenayah seperti Ibn Hind, Ibn Nabighah, Ibn al-Zirqa', Ibn Uqbah, Ibn Arta't, dan orang seumpama mereka, tentu sekali tidak ada penghormatan bagi mereka, tidak ada penilaian terhadap Hadith-Hadith mereka. Adapun yang tidak diketahui latar belakang mereka, kami berdiam diri sehingga kami dapat meneliti keadaan mereka yang sebenar.

Ini adalah pendapat kami mengenai pembawa-pembawa Hadith (yang terdiri daripada sahabat), al-Kitab, dan Sunnah, kami berpandukan kepada pendapat ini sebagaimana diterangkan dengan terperinci di dalam Usul al-Fiqh. Tetapi jumhur melampaui di dalam mentakdiskan (mensucikan)setiap orang yang mereka namakan sahabat sehingga mereka terkeluar daripada kesederhanaan. Mereka mengikut setiap Muslim yang mendengar daripada Nabi SAWA atau melihatnya dengan ikutan buta lantas mereka menentang orang yang tidak sehaluan dengan pendapat mereka dalam soal ini. Lihatlah betapa kuatnya penentangan mereka terhadap kami manakala mereka mengatakan kami menolak Hadith (sebahagian) sahabat dengan menerangkan "kecacatan" mereka (al-jarh) atau latara belakang mereka yang tidak diketahui. Tetapi apa yang kami lakukan adalah semata-mata mengikut amalan syarak di dalam penyelidikan mengenai "hakikat-hakikat keagamaan" dan kajian di dalam penentuan Hadith-Hadith yang sahih.

Justeru itu mereka (jumhur) telah melakukan syak wasangka terhadap kami, Mereka menuduh kami perkara yang bukan-bukan lalu mereka meraba-raba di dalam kejahilan. Andainya mereka kembali kepada "kaedah-kaedah ilmu" nescaya mereka akan mengetahui bahawa penetapan keadilan kepada sahabat adalah tidak berasas. Sekiranya mereka mengkaji al-al-Qur'an nescaya mereka dapati bahawa orang munafiq itu dikira sahabat. Perhatilah Surah al-Taubah dan Surah al-Ahzab.

Persoalan Sahabat

Walau bagaimanapun pokok permasalahan terbahagi kepada tiga:

1. Sahabat semuanya adil, dan mereka adalah para mutjahid. Ini adalah pendapat jumhur Ahlul Sunnah.

2. Sahabat seperti orang lain, ada yang adil, dan ada yang fasiq kerana mereka dinilai berdasarkan perbuatan mereka. Oleh itu yang baik diberi ganjaran kerana kebaikannya. Sebaliknya yang jahat dibalas dengan kejahatannya. Ini adalah pendapat Syiah.

3. Semua sahabat adalah kafir - semoga dijauhi Allah Ta'ala - ini adalah pendapat Khawarij yang terkeluar daripada Islam. Ianya tidak akan dilupakan selain daripada orang yang kafir.

Tiga pokok kepada persoalan sahabat itu hendaklah dikaji secara mendalam. Adapun pendapat yang ketiga adalah terbatal secara ijmak, kerana ianya hanya diucapkan oleh musuh-musuh islam. Pendapat pertama (seakan-akan) mendakwa ismah terhadap sahabat atau jatuhnya takalif daripada mereka. Ini adalah perkara yang tidak diakui oleh Islam dan tidak termasuk di dalam ajaran-ajarannya.

Pendapat kedua ialah pendapat yang dipegang oleh Syiah iaitu menilai darjat sahabat berdasarkan amalan dan darjat keimanan mereka. Kerana sahabat adalah umum bagi setiap orang yang bersahabat dengan Nabi SAWA atau melihatnya, atau mendengar (Hadith) daripadanya. Oleh itu ianya mengandungi Mukmin dan munafiq, yang adil dan yang fasiq, yang
baik dan yang jahat.

Sebagaimana sabda Nabi SAWA di dalam peperangan Tabuk apabila beliau diberitahu oleh Jibra'il mengenai apa yang diucapkan oleh munafiqin:"Sesungguhnya Muhammad boleh menceritakan berita-berita di langit. Sedangkan beliau tidak mengetahui "jalan" untuk mendapatkan air." Rasulullah SAWA memberitahu kata-kata itu kepada Sa'ad bin Ubadah. Maka Sa'ad berkata kepadanya: "Jika anda mahu nescaya aku akan pancung tengkuk mereka. Rasulullah SAWA bersabda: "Supaya orang ramai tidak akan berkata: Sesungguhnya Muhammad membunuh sahabat-sahabatnya tetapi sebaliknya kita bergaul dengan mereka secara baik selama mereka (berada) bersama kita [1]".

Oleh itu sahabat semata-mata bukanlah maksum, yang boleh memakai tuannya dengan pakaian keadilan (al-Adalah). Sebaliknya kedudukan mereka berbeza dan darjat mereka berlainan berdasarkan amalan mereka. Kami mempunyai dalil-dalil yang kuat daripada al-Qur'an dan Hadith-Hadith Rasulullah SAWA bagi menyokong pendapat kami. Tetapi ianya tidak dinafikan terdapat di kalangan mereka yang bersifat adil yang terdiri daripada orang yang menepati apa yang mereka telah janjikan kepada Allah, mempunyai aqidah yang kuat dan ikhlas kepada Allah.

Oleh itu mereka mempunyai setinggi-tinggi darjat kesempurnaan. Mereka disifatkan oleh Allah di dalam firmanNya,"….keras terhadap orang-orang kafir tetapi berkasih sayang sesama mereka: kami lihat mereka rukuk dan sujud mencari kurnia Allah dan keredhaanNya, tanda-tanda mereka tampak pada muka mereka dan bekas sujud. Demikianlah sifat-sifat mereka dalam Taurat dan sifat-sifat mereka dalam Injil, iaitu seperti tanaman yang mengeluarkan tunas itu menjadikan tanamannya itu kuat lalu menjadi besarlah dia dan tegak lurus di atas pokoknya: tanaman itu menyenangkan hati penanam-penanamnya kerana Allah hendak menjengkelkan hati orang-orang kafir. Allah menjanjikan kepada orang-orang yang beriman dan mengerjakan amalan saleh di antara mereka ampunan dan pahala yang besar."

"Dan mereka itulah orang-orang yang beriman kepada Allah dan RasulNya kemudian mereka tidak ragu-ragu dan mereka berjihad dengan harta dan jiwa mereka pada jalan Allah, mereka itulah orang-orang yang benar [2]."

Sesungguhnya Allah menyuruh mengikut mereka di dalam firmanNya: "Hai orang-orang yang beriman, bertaqwalah kepada Allah, dan hendaklah kamu bersama orang-orang yang benar [3]."

Dan firmanNya yang bermaksud: "Dan orang-orang yang terdahulu lagi yang pertama-tama (masuk Islam) di antara orang-orang Muhajirin dan Ansar dan orang-orang yang mengikut mereka dengan baik, Allah redha kepada mereka dan mereka pun redha kepada Allah dan Allah
menyediakan bagi mereka syurga-syurga yang mengalir sungai-sungai di bawahnya; mereka kekal di dalamnya selama-lamanya. Itulah kemenangan yang besar [4]."

Mereka itu adalah sahabat Muhammad SAWA. Siapakah yang berani mengatakan kepada mereka apa yang tidak diredhai Allah [5] dan menyalahi firmanNya!

Syiah dan Sahabat (Part II ; Pandangan Ayatullah Ja'far Subhani perihal Sahabat)

Ayatullah Jaafar Subhani dalam kuliah tafsir surah al-Hasyr di Madrasah 'Ali Fiqh pernah berkata, "Hanya orang yang tidak berpelajaran sahaja yang menganggap sahabat nabi bersikap adil dari awal sampai akhir hayat mereka, atau mengatakan riwayat daripada mereka itu muktabar. Meskipun Syiah memberi penghormatan kepada mereka, ini bukanlah alasan untuk menutup mata dan memuktabarkan riwayat daripada sahabat." Beliau menambah, tidak seperti fitnah yang tersebar luas, Syiah juga mengasihi mereka namun sebahagian pembohongan menuduh syiah mengkafirkan sahabat."

"Kekafiran dan keadilan adalah dua masalah entiti yang berbeza dan tidak boleh kedua-duanya dicampur adukkan. Pada pandangan Syiah dikalangan sahabat lebih dari 70 peratus mereka itu bertaqwa dan berlaku adil, namun sebilangan daripada mereka ada juga bersikap tidak adil. Tidak adil dan kafir sangat jauh bezanya."

"Bagaimana mungkin Syiah mengkafirkan semua sahabat sedangkan lebih 150 orang daripada kalangan mereka itu adalah pengikut Ali (as). Oleh itu hendaklah mereka yang membuat tuduhan itu takut kepada Allah dan tidak berdusta lagi." tambah beliau.

Berkenaan riwayat-riwayat Ahlusunnah seperti di dalam Sahih Bukhari beliau mengatakan, "Dalam kitab Sahih Bukhari sebahagian riwayat menunjukkan kemurtadan para sahabat. Syiah menganggap kemurtadan ini adalah berpaling dari kepimpinan, bukannya keluar dari Islam. Oleh itu barangsiapa yang membuat tuduhan liar terhadap Syiah, mereka itu dikira tidak berpelajaran."

Merujuk kepada beberapa peristiwa bersejarah tentang ketidak adilan sebahagian para sahabat, ulama tafsir ini menjelaskan, "Sejarah menunjukkan bahawa sahabat Nabi beberapa kali mengingkari baginda dan banyak ayat telah turun untuk memberi hidayat dan menghalang mereka dari kesesatan dan kefasikan yang mana teladan itu dapat disaksikan dalam surah al-Hasyr."

Ayatullah Subhani menegaskan, "Sebahagian khutbah Nabi dan peperangan setelah wafat baginda seperti perang Jamal, Nahrawan dan..... perkara ini membuktikan sebahagian para sahabat terjebak seperti apa yang dirisaukan baginda dan gugurlah keadilan dari mereka itu."

Menurut beliau lagi, "Allah (swt) mendifinisikan sifat dan ciri-ciri para sahabat di dalam berbagai ayat, namun jelas sekali definisi itu tidaklah meliputi semua sahabat namun kebanyakan daripada mereka termasuk di dalamnya."

"Maksud ayat-ayat seperti ini ialah sahabat hakiki yang memiliki sifat dan personaliti seperti ini sahaja, bukan bermaksud pakaian keadilan dan kesucian dibusanakan ke tubuh semua sahabat." menurut beliau lagi.

Syiah dan Sahabat (Part I ; Menjawab fitnah kononnya syiah mengkafirkan sahabat)


Pertanyaan: Siapakah Syiah? Mungkinkah pegangan golongan minoriti ini berada dalam kebenaran?

Jawapan:

Saudara yang bertanya, selama menurut logika al-Quran golongan majoriti belum tentu berada dalam kebenaran sebagaimana lima belas kali firman Allah (s.w.t.) di dalam al-Quran:


أَكْثَرَهُمْ لَا يَعْلَمُونَ .


“Kebanyakan mereka tidak mengerti”…

- Surah al-An’am ayat 37, surah al-‘Araf ayat 131, Surah al-Anfal ayat 34, Surah Yunus ayat 55….. …….


Dua kali disebut:

أَكْثَرُهُمْ لَا يَعْقِلُونَ .

“Kebanyakan mereka tidak berfikir”.


Surah al-Ankabut ayat 63, Surah al-Hujurat ayat 4.

Kita juga dapat melihat masyarakat yang menjadi majoriti di dunia sekarang ini ialah golongan Masihi. Menurut statistik penduduk dunia dari data-data dari setiap negara yang dilapor oleh Wikipedia, hari ini pengikut agama Masihi di seluruh dunia membentuk 30% daripada penduduk dunia.


Jikalau majoriti secara otomatik dianggap sebagai pemilik kebenaran, maka golongan ini sebenarnya lebih berhak untuk anda katakan sebagai pemilik kebenaran. Sekiranya anda mencermati fakta ini sudah tentu anda tidak bertanyakan soalan remeh tersebut.


Walau bagaimanapun sebab golongan Ahlusunnah menjadi majoriti di dalam masyarakat Islam di seluruh dunia akan mendesak kita membuka lebih banyak lembaran sejarah. Semoga beberapa perkara berikut dapat menyingkirkan keraguan anda:


قال تعالى ( إن الذين آمنوا وعملوا الصالحات أولئك هم خير البرية ) . لما نزلت هذه الآية قال الرسول لعلي يا علي ( ع ) هم أنت و شيعتك .


سورة البينة ، آية 7 .


والصواعق المحرقة لابن حجر ص 96 ؛ شواهد التنزيل للحاكم الحسكاني ج 2 ، ص 356 - 66 ح 1125 - 1148؛كفاية الطالب للكنجي الشافعي ص 244 و 245 و 246 ؛ المناقب للخوارزمي ص 62 و 187؛ الفصول المهمة لابن الصباغ المالكي ص 107 ؛ ينابيع المودة ـ قندوزي الحنفي ـ ص 62؛ نور الأبصار ص 71 و 102 ؛ الدرالمنثورـ سيوطي ـ ج 6 ، ص 379؛ تفسير الطبري ج 3 ، ص 146؛ تذكرة الخواص لابن الجوزي ص 18؛ فتح القدير للشوكاني ج 5 ، ص 477؛ فرائد السمطين ج 1 ، ص 156 .

Firman Allah (s.w.t.): “Sesungguhnya orang yang beriman dan beramal soleh mereka itu adalah sebaik-baik makhluk” Tatkala ayat ini turun, Rasulullah (s.a.w.) bersabda kepada Ali, “Wahai Ali, mereka itu adalah engkau dan Syiahmu”.


Shawaiq Muhriqah Ibnu Hajar halaman 96, Syawahid Tanzil halaman 356-66, Kifayah al-Thalib halaman 244, 245 dan 246, al-Manaqib al-Khawarijmi halaman 62 dan 187, Fushulul Muhimmah halaman 107, Yanabi’ul Mawaddah halaman 62, Nurul Absar halaman 71 dan 102, Tafsir Durrul Manthurjilid 6 halaman 379, Tafsir al-Tabari jilid 3 halaman 146; Tazkiratul Khawas ibnu Jauzi halaman 18, Fathul Qadir jilid 5 halaman 477, Faraid al-Samthin, jilid 1 halaman 156


... أمير المؤمنين علي بن أبي طالب قال قال رسول الله ( صلى الله عليه وسلم ) يا علي إذا كان يوم القيامة يخرج قوم من قبورهم لباسهم النور على نجائب من نور أزمتها يواقيت حمر تزفهم الملائكة إلى المحشر فقال علي تبارك الله ما أكرم هؤلاء على الله قال رسول الله ( صلى الله عليه وسلم ) يا علي هم أهل ولايتك وشيعتك ومحبوك يحبونك بحبي ويحبوني بحب الله هم الفائزون يوم القيامة .


تاريخ مدينة دمشق ج42، ص 332،‌ ذيل ترجمه آقا اميرالمؤمنين علي عليه السلام .


Ali bin Abi Talib berkata, Rasulullah (s.a.w.) bersabda, “Wahai Ali, apabila tiba hari kiamat, akan keluar satu kaum dari kubur, di mana pakaian mereka daripada cahaya, dan menunggang di atas unta cahaya, tambatan unta itu daripada batu delima merah. Malaikat akan mengiringi mereka sampai ke padang Mahsyar”. Maka berkata Ali, “Tabaraka wa Ta’ala, sungguh mereka ini dimuliakan”. Rasulullah (s.a.w.) bersabda, “Mereka ini ialah orang yang menerima kepimpinan-mu, Syiah-mu dan pencinta-mu, demi-ku mereka mencintai-mu, dan mereka juga mencintai-ku kerana Allah. Mereka itu golongan yang berjaya di hari kiamat”.

Tarikh al-Madinah, jilid 42 halaman 332


روى ابن عساكر بإسناده عن جابر بن عبد اللّه، قال: كنّا عند النبي صلى اللّه عليه وسلّم، فأقبل علي بن أبي طالب، فقال رسول اللّه: «قد أتاكم أخي، ثمّ التفت الي‏الكعبة فضربها بيده. ثمّ قال: والذي نفسي بيده، إنّ هذا وشيعته لهم الفائزون يوم القيامة.


ثمّ قال: إنّه أوّلكم إيماناً معي، وأوفاكم بعهد اللّه، وأقومكم بأمر اللّه، وأعدلكم في الرعيّة، وأقسمكم بالسويّة، وأعظمكم عند اللّه مزية». قال: وفي ذلك الوقت نزلت فيه: (إِنَّ الَّذِينَ ءَامَنُوا وَعَمِلُوا الصَّلِحَتِ أُولَئِكَ هُمْ خَيْرُ الْبَرِيَّةِ). البيّنة:7/98.


كان أصحاب محمد صلى اللّه عليه وسلّم إذا أقبل علي قالوا: قد جاء خير البرية.


تاريخ مدينة دمشق ج42، ص 371،‌ ذيل ترجمه اميرالمؤمنين علي عليه السلام .


Ibnu Asakir dengan sanad-sanadnya sendiri, daripada Jabir bin Abdullah berkata: “Kami pernah bersama Rasulullah (s.a.w.) maka datanglah Ali bin Abi Talib, Rasulullah (s.a.w.) bersabda: “Sesungguhnya telah datang saudaramu, setelah itu baginda mengadap ke Ka’bah dan smenepuknya dengan tangan baginda. Kemudian baginda bersabda: Demi jiwaku ditanganNya, Sesungguhnya dia ini dan Syiahnya akan berjaya di hari kiamat”.


Kemudian baginda bersabda lagi: “Ali adalah orang yang pertama beriman, yang paling amanah melaksanakan janji Allah, yang paling adil dalam soal kepimpinan rakyat, yang paling saksama dalam pengagihan bantuan masyarakat, dan yang paling tinggi dan istimewa kedudukannya di sisi Allah, Jabir berkata: Lalu turunlah ayat….[surah al-Bayyinah: 7-8]. Jabir juga berkata: Setiap kali Ali hadir, para sahabat akan berkata: “Telah datang sebaik-baik makhluk”.


وعن ابن عباس ( رض ) قال : لما نزلت هذه الآية : ان الذين امنوا وعملوا الصالحات أولئك هم خير البرية قال : لعلي هو أنت وشيعتك تأتي يوم القيامة أنت وشيعتك راضين مرضيين ويأتي عدوك غضبانا مقحمين ...


نظم درر السمطين ـ زرندي حنفي ـ ص 92 .


Daripada Ibnu Abbas, ia berkata: “Tatkala telah turun ayat ini: [surah al-Bayyinah: 7-8], Rasulullah (s.a.w.) bersabda: “Ayat ini berkenaan dengan Ali, iaitu engkau dan Syiah-mu akan datang di hari kiamat kelak, kamu dan Syiah-mu akan diberikan kedudukan yang mana Allah redha dengan kalian dan kalian redha dengan-Nya. Sementara musuh-musuhmu akan marah dan tangan-tangan mereka akan terikat dileher-leher mereka”

Nizham Durar as-Samthim, al-Zarnadi al-Hanafi halaman 92.


... عن الشعبي عن علي قال : قال رسول الله صلى الله عليه وسلم : " أنت وشيعتك في الجنة " .


تاريخ بغداد ج12، ص 284، ذيل ترجمه عصام بن الحكم بن عيسى بن زياد بن عبد الرحمن رقم 6731 .



“Daripada al-Sya’bi, Ali bin Abi Talib berkata, Rasulullah (s.a.w.) bersabda: “Engkau (Ali) dan Syiah-mu berada di dalam Syurga”


أن رسول الله صلى الله عليه وسلم قال لعلي أنت وشيعتك تردون على الحوض رواة مرويين بيضة وجوهكم وان عدوك يردون على الحوض ظمأ مقمحين .


المعجم الکبير ـ الطبراني ج1، ص 319، حديث 948 ، باب عبيدالله بن أبي رافع عن ابيه .


Sesungguhnya Rasulullah (s.a.w.) telah berkata: “Wahai Ali, engkau dan Syiah-mu (di hari kiamat kelak) akan datang kepada-ku di telaga al-Haudh dalam keadaan tidak dahaga. Wajah kalian putih. Sesungguhnya musuh-mu akan datang kepada-ku dalam keadaan dahaga dan binasa.


al-Mu’jam al-Kabir al-Tabrani, jilid 1 halaman 319, Hadis ke-948, Bab ‘Ubaidillah bin Abi Rafi’, daripada ayahnya.


Syiah dari kalangan sahabat Nabi


Zahabi ketika membahaskan tentang Hujur bin ‘Udai bin Hablah bin ‘Udai bin Rabi’ah mengatakan:


وهو حجر الخير ... أبو عبد الرحمن الشهيد . له صحبة ووفادة ... وكان شريفا ، أميرا مطاعا ، أمارا بالمعروف ، مقدما على الانكار ، من شيعة علي رضي الله عنهما .


سير أعلام النبلاء ج 3، ص 463، ذيل ترجمه حجر بن عدي .



Beliau Hujur al-Khair…. Abu Abdul Rahman al-Syahid (nama julukannya). Beliau adalah sahabat Nabi dan seorang yang setia… seorang yang mulia, maju ke depan mengerjakan Amar Ma’ruf dan mencegah kemungkaran, dan dia daripada Syiah Ali Raiyallahuanhuma


Zahabi mengatakan tentang Sa’id bin Wahb al-Hamdani al-Khayawani al-Kufi sebagai:


من كبراء شيعة علي ... أسلم في حياة النبي صلى الله عليه وسلم .


سير أعلام النبلاء ج 3، ص180، رقم 70 ، ذيل ترجمه سعيد بن وهب .


Beliau daripada Syiah Ali…. telah memeluk Islam di zaman hayat Nabi (s.a.w.)

Siyar A’lam al-Nubala, jilid 3 halaman 180, no. 70, dibawah nama Sa’id bin Wahb.


Ibnu ‘Abdul Rahman menceritakan perihal Abul Tufail al-Sahabi sebagai berikut:

أبو الطفيل عامر بن واثلة الكناني .. وقد ذكره ابن أبي خيثمة في شعراء الصحابة... وكان متشيّعاً في علي.


الإستيعاب ابن عبد البر ج 4 ص 1696


Abul Tufail ‘Amir bin Wathilah al-Kunani… Ibnu Abi Khaithamah menyebut nama beliau daripada kalangan sahabat nabi… dan beliau adalah Syiah Ali.

Al-Isti‘ab Ibn Abdul Bir, jilid 4 halaman 1696


Ibnu Abil Hadid berkata:

وكان سلمان من شيعة على ( عليه السلام ) وخاصته.


شرح نهج البلاغة - ابن أبي الحديد، ج 18،ص 39.


Salman daripada Syiah Ali dan sahabatnya yang khusus

Ibnu Abil Hadid, Syarah Nahjul Balaghah jilid 18 halman 39.


Mas‘udi Syafie menceritakan peristiwa kewafatan Nabi (s.a.w.):

أن الإمام عليا أقام ومن معه من شيعته في منزله بعد أن تمت البيعة لأبي بكر .


اثبات الوصية للمسعودي : 121 ط النجف .


“Sesunggunya Imam Ali berada di dalam rumahnya bersama Syiah-nya ketika selesai peristiwa pembaiatan kepada Abu Bakar”

Ithbat Al-Wasiyah al-Masu‘udi halaman 121


Dr. Subhi al-Shaleh mengatakan:


كان بين الصحابة حتى في عهد النبي ( صلى الله عليه وآله وسلم ) شيعة لربيبه علي ، منهم : أبو ذر الغفاري ، والمقداد بن الأسود ، وجابر بن عبد الله ، وأبي بن كعب ، وأبو الطفيل عمر بن وائلة ، والعباس بن عبد المطلب وجميع بنيه ، وعمار بن ياسر ، وأبو أيوب الأنصاري.


النظم الإسلامية : ص 96 .

Di kalangan sahabat, sehingga di zaman Nabi (s.a.w.) ada beberapa orang Syiah Ali yang ditarbiyah oleh Nabi. Antaranya ialah: Abu Zar al-Ghafari, Miqdad bin Aswad, Jabir bin Abdullah, Ubai bin Ka’b, Abu Tufail ‘Amir bin Wailah, Abbas bin Abdul Mutalib serta seluruh anak-anaknya, ‘Ammar bin Yasir dan Abu Ayub al-Ansari.

al-Nizam al-Islamiyah halaman 96


Muhammad Kurd Ali dalam kitab Khitat al-Syam mengatakan:


عرف جماعة من كبار الصحابة بموالاة علي في عصر رسول الله صلى الله عليه وسلم ، مثل سلمان الفارسي ، القائل : بايعنا رسول الله على النصح للمسلمين ، والائتمام بعلي بن أبي طالب ، والموالاة له ، ومثل أبي سعيد الخدري ... ومثل أبي ذر الغفاري وعمار بن ياسر ، وحذيفة بن اليمان وذي الشهادتين ، وأبي أيوب الأنصاري ، وخالد بن سعيد ، وقيس بن سعد .


خطط الشام 5 / 251 - 256 .

Pada zaman Rasulullah telah dikenal komuniti besar dari kalangan sahabat nabi yang mengangkat Ali menjadi pemimpin seperti Salman al-Farisi yang berkata: Kami ketika bersama Rasulullah telah menerima kepimpinan Ali bin Abi Talib, seperti Abu Zar al-Ghifari, Ammar bin Yasir, Huzaifah bin al-Yamani, Zil Syahadatain, Abi Ayub al-Ansari, Khalid bin Sa‘id dan Qais bin Sa’d.

Khitat al-Sham jil 5 halaman 251-256


Ibnu Hazm berkata:


وروينا عن نحو عشرين من الصحابة أن أكرم الناس على رسول الله ( صلى الله عليه وآله وسلم ) علي بن أبي طالب.


الفصل في الملل والأهواء والنحل : 3 / 32 (111/4)، وركبت السفينة لمروان خليفات، ص 598.

Kami meriwayatkan sekitar dua puluh orang sahabat nabi tentang yang paling mulia dari kalangan manusia di sisi Rasulullah ialah Ali bin Abi Talib.

al-Fashl fil milal wal Ahwa wal Nihal, jilid 3 halaman 32, Wa Rakibtul Safinah Marwan Khalifat, halaman 598

Kemunculan Syiah menurut riwayat ulama Ahlusunnah

Ibnu Khaldun mengatakan:


مبدأ دولة الشيعة: اعلم أنّ مبدء هذه الدولة، أنّ أهل البيت لمّا توفي رسول اللّه صلى اللّه عليه وسلّم كانوا يرون أنّهم أحق بالأمر وأنّ الخلافة لرجالهم دون سواهم من قريش.


وفي قصّة الشورى أنّ جماعة من الصحابة كانوا يتشيعون لعلي ويرون استحقاقه على غيره ولمّا عدل به إلى سواه تأففوا منه وأسفوا له مثل الزبير ومعه عمار بن ياسر والمقداد بن الأسود وغيرهم.


تاريخ ابن خلدون، ج 3، ص 171.

Ketahuilah mula-mula terbentuknya Daulah ini ialah tatkala wafatnya Rasulullah Ahlul Bait merasakan mereka lebih berhak dalam pemerintahan, Bani Hashim lebih layak menjawatnya dan Quraysh yang lain tidak berkelayakan.


Dalam peristiwa Syura ada beberapa orang sahabat daripada Syiah Ali percaya tidak ada seorang pun yang layak menjadi Khalifah melainkan Ali, mereka menunjukkan rasa tidak puas hati apabila bukan Ali menjawat jawatan khalifah. Mereka itu seperti Zubair, Ammar, Miqdad bin Aswad dan lain-lain lagi.

Tarikh Ibnu Khaldun, jilis 4 halaman 171



Ustaz Abdullah ‘Inan berkata:


من الخطأ أن يقال : إن الشيعة ظهرت ولأول مرة عند انشقاق الخوارج . بل كان بدء الشيعة وظهورهم في عصر الرسول ( صلى الله عليه وآله وسلم ) حين أمره الله بإنذار عشيرته في الآية 214 من الشعراء : (وأنذر عشيرتك الأقربين) ولبى النبي فجمع عشيرته في بيته وقال لهم مشيرا إلى علي : هذا أخي ووصيي وخليفتي فيكم فاسمعوا له وأطيعوا.


روح التشيع لعبد الله نعمة : ص 20 عن الجمعيات السرية .


Antara kesilapan ialah orang yang mengatakan Syiah mula wujud ketika munculnya fitnah Khawarij. Bahkan kemunculan Syiah sebenarnya ialah di zaman kehidupan Rasulullah (s.a.w.) ketika turunnya arahan Allah kepada Rasulnya dalam surah Syu’ara ayat 214, ketika Nabi menyeru seruan Labbaik, maka baginda menghimpunkan kaum kerabatnya di dalam rumahnya dan sambil menunjukkan kepada Ali baginda bersabda: “Ini adalah saudara-ku, Washi-ku, dan Khalifah setelah-ku, maka dengarlah kata-katanya dan patuhlah kepadanya”.


Abu Hatim al-Razi (Wafat 205 Hijrah) salah seorang ulama dalam bidang Lughah dan Ulum Quran dalam kitab al-Zinah fi al-Kalimat al-Islamiyah al-Arabiyah berkata:


الشيعة لقب لقوم كانوا قد ألفوا أمير المؤمنين علي بن أبي طالب - صلوات الله عليه - في حياة رسول الله - صلى الله عليه وسلم - وعرفوا به ، مثل سلمان الفارسي ، وأبي ذر الغفاري ، والمقداد بن الأسود ، وعمار بن ياسر ، وكان يقال لهم شيعة علي ، وأصحاب علي.


كتاب الزينة : 259 تحقيق عبد اللّه سلوم السامرائي، نشأة الشيعة لعبد المنعم داود، ص 65، ط. بغداد 1968، الشيعة في مصر، لصالح الورداني المستبصر، ص 10.

Nama Syiah merujuk kepada golongan yang terkenal dengan mencintai Amirul Mukminin Ali bin Abi Talib di zaman Rasulullah (s.a.w.). Contohnya Salaman al-Farisi, Abi Zar al-Ghifari, Miqdad bin Aswad, ‘Ammar bin Yasir, mereka ini disebut sebagai Syiah Ali dan para sahabat Ali.


Kitab al-Zinah halaman 256


Zubair bin Bakar berkata:

وكان عامّة المهاجرين وجلّ الأنصار لا يشكّون أنّ عليّاً هو صاحب الأمر بعد رسول‏اللّه‏.


الأخبار الموفّقيات لابن بكار (ت 272): 580، ومثله في تاريخ اليعقوبي: 103/2.


Secara umumnya, Muhajirin dan Ansar tidak mengesyaki bahawa Ali adalah pemilik pemerintahan setelah Rasulullah (s.a.w.).

al-Akhbar al-Muwaffaqiyat, Ibnu Bakar halaman 580

*bersambung....

Thursday, March 31

Isu Bahrain : Qaradhawi dicabar berdebat


Agensi Berita Ahlul Bait (ABNA.ir) – Ayatullah Al-Uzma Makarim Syirazi hari ini memulakan kuliah Bahsil Kharij di masjid A’zam dengan kisah pembentukan revolusi-revolusi serantau terutamanya kebangkitan rakyat Bahrain, jenayah Aali Khalifah dan kenyataan tidak waras beberapa ulama Sunni tentang perkara ini. Beliau menyatakan, “Qardawi adalah seorang pemimpin daripada ulama-ulama Ahlusunnah yang cukup terpelajar, namun baru-baru ini, kata-katanya tentang kebangkitan Syiah dan Sunni di Bahrain menunjukkan beliau bukan seorang alim agama.

“Beliau menyatakan bahawa dirinya tidak berminat terhadap kebangkitan di Bahrain dan ingin mereka ini dibubarkan, sedangkan seorang ugamawan tidak sepatutnya berbicara seperti ini, iaitu pilih kasih antara umat Islam. Bagaimana mungkin beliau menyokong Mesir dan Libya akan tetapi mempertahankan diktator di Bahrain? Tidak benar satu atap dua udara buat sebuah alam”.


Ketaksuban membawa keuntungan buat Zionis

Beliau menyatakan, “Di Bahrain, tidak semuanya Syiah. Syiah dan Sunni bersama-sama bangkit dan ulama Sunni Bahrain turut berucap untuk kebangkitan. Anda hendaklah menyingkirkan ketaksuban dan berdalillah dengan logika. Dua udara satu atap merupakan fanatik kaum dan ia memberi keuntungan untuk Israel dan musuh Islam”.

Ayatullah Makarim Syirazi sambil menunjukkan perancangan musuh yang masih mengugut Iran berkata, “Qarawi, pemimpin Al-Azhar, mufti besar Syria, marilah berbincang bersama saya, sampai kita tahu jikalau tidak ada revolusi Islam Iran dan kamu tidak berbicara tentang Amerika, apakah yang akan terjadi kepada situasi serantau? Benarkah rakyat Mesir mampu membentuk revolusi? Apakah Israel tidak punya komplot untuk seluruh Timur Tengah?


Jikalau tidak ada Iran, nescaya Zionis menelan Timur Tengah

Marji’ Taqlid ini mengingatkan, “Jikalau Syiah di Iran dan Lubnan tidak menyerang Israel, situasi serantau tidak akan jadi seperti ini, setelah itu mereka sangat berwaspada supaya revolusi ini tidak diambil alih, sekiranya tidak ada Iran nescaya Israel menelan Timur Tengah, Qardawi hendaklah lebih banyak membaca”.

Beliau sambil mengisyaratkan perpaduan umat Islam berkata, “Wahabi adalah penentang Syiah di mana kita hendaklah bertoleransi dalam berdepan dengan mereka, sehinggakan ada riwayat menyebut kita hendaklah menyertai solat jemaah mereka, kerana jikalau kita berbalah dalam situasi seperti ini maka Israel dan musuh Islam akan meraih keuntungan.

“Meskipun begitu ia bukanlah bermaksud kita mengabaikan pandangan kita sebagai Syiah Imam Dua Belas, dan hendaklah kita berdiri teguh dengan pendirian sendiri dalam menghadapi musuh-musuh yang menghina Ahlul Bait, walaupun golongan ini kecil.

“Barangsiapa yang mengikuti maktab Ahlul Bait adalah dihitung sebagai Syiah, mereka wajib patuh kepada arahan Ahlul Bait dalam menghadapi para Mukhalif seperti Wahabi dan Nasibi. Lihatlah bagaimana Ahlul Bait bertingkah dan ikutilah mereka” (abna.ir)

Sunday, March 27

Analisis Qaradhawi & Syiah (Part 1)

Pada 13 Ramadhan 1429 yang lalu, Agensi Akhbar Iran Mehr, telah melancarkan serangan terhadap al-Qaradhawi diatas dialog beliau yang disiarkan di surat khabar Mesir, al-Masri Al-Yaum yang telah membangkitkan ketidak puashatinya penganut Mazhab Syiah.

Kata al-Qaradhawi : Saya tidak mengkafirkan mereka, sebagaimana yang dilakukan oleh mereka yang melampau. Saya berpandangan bahawa mereka adalah orang Islam, akan tetapi melakukan bid'ah.

Beliau mengatakan barangsiapa yang mengucap Syahadah, mereka masih lagi di anggap Islam.

Beliau telah memberi amaran kepada perkara-perkara luar biasa yang dilakukan oleh Syiah, seperti menghina, mengeji para sahabat Nabi :saw, perbuatan Syiah mencucuk jarum doktrinnya kedalam masyarakat Ahli Sunnah. Lebih-lebih lagi mereka telah membelanjakan billion ringgit melatih kader-kader untuk menyebarkan doktrin Syiah, dan perkara ini tidak dilakukan oleh Ahli Sunnah.

Komen beliau terhadap kenyataan Ayatollah Muhammad Hussein Fadlallah ; ia merupakan perkataan yang pelik dan memeranjatkan beliau dengan isu yang sebegini rupa.

Berikut diringkas pandangan Syeikh Dr Yusuf al-Qaradhawi mengenai pendirian beliau terhadap Syiah.

1. al-Qaradhawi percaya kepada prinsip perpaduan umat Islam, baik ia melibatkan kumpulan-kumpulan tertentu atau mazhab, dimana mereka itu beriman kepada Kitab yang satu, Rasul yang satu, kearah Kiblat yang satu, dan diantara mereka itu terdapat khilaf, dan tidaklah itu mereka tersingkir.

2. Hanya satu kumpulan sahaja yang selamat diantara 73 kumpulan sebagaimana yang telah dinyatakan didalam hadith. Selain dari kumpulan itu, mereka adalah keterlaluan atau sesat. Setiap kumpulan percaya bahawa diri mereka terselamat, dan yang tinggal adalah yang sesat. Beliau percaya bahawa Ahli Sunnah sahaja yang terselamat, kesemua kumpulan yang lain melakukan bid'ah dan sesat. Diatas asas ini, al-Qaradhawi berpendapat bahawa : Sesungguhnya Syiah terlibat didalam BID'AH dan TIDAK KAFIR, dan sesungguhnya kebenaran itu bukan pelbagai, dan syukur kepada Allah bahawa 9/10 umat Islam adalah Ahli Sunnah, dan kebenaran yang berkata mengenai kami.

3. Beliau mengambil sikap sederhana terhadap Syiah Imam 12, dan tidaklah membenarkan takfir (mengkafirkan); sikap mereka terhadap al-Quran, terhadap Sunnah, terhadap sahabat, memuliakan Imam, dan yang mempertahankannya, dimana Imam itu dikatakan mengetahui perkara ghaib dimana Nabi-Nabi sendiri tidak mengetahuinya. Beliau telah berulangkali menjelaskan didalam buku Dialog dan Taqribnya.

Beliau tidak bersetuju dengan pegangan mereka dan berpendapat bahawa pegangan ini salah : iaitu Nabi :saw telah memilih pengganti Ali ra untuk menjadi Khalifah, dan para sahabat menyembunyikan berita ini, dan mereka mengkhianati Nabi :saw dan menafikan kebenaran yang tertinggi, dan mereka melakukan konspirasi terhadapnya. Yang peliknya, Ali ra. tidak pernah mengumumkan kepada umum dan menegakkan kebenaran? Malahan beliau berbai'ah kepada Abu Bakar, Umar dan Othman. Maka pesoalan disini, kenapa Ali ra tidak bersemuka dengan kebenaran? Kenapa beliau tidak becakap benar? Kenapa pula anak beliau al-Hassan pula bersetuju memberikan jawatan Khalifah kepada Muawiyah? Bagaimana Nabi :saw memuji apa dia lakukan, sesesungguhnya Allah mendamaikan dua orang Islam yang hebat!

Syiah melakukan bid'ah didalam amalannya, misalnya memperbaharui tragedi kematian Husein setiap tahun dengan menampar muka-muka, dada-dada dan memukul sehingga berdarah. Sudah lebih dari 13 abad meneruskan bencana ini! Mengapa pula mereka tidak melakukan perkara tersebut apabila Ayah mereka sendiri dibunuh? Bukankah itu lebih baik?

Disini terdapatnya amalan syirik yang dilakukan dikubur. Kubur tempat dikebumikan Ahli Bayt, memohon pertolongan darinya dan berdo'a tanpa Allah. Terdapat juga dikalangan Sunni yang melakukan perkata tersebut, akan tetapi ulama' mereka telah membantah dan menafikan kebenaran perbuatan tersebut. Penjelasan diatas mengaitkan mereka dengan bid'ah, dan tidak menghukum mereka dengan kafir, atau kufur akbar, atau terkeluar dari agama.

4. Berkata al-Qaradhawi : Sesungguhnya perbezaan didalam Mazhab hanyalah pada perkara ranting, permasalahan amal, hukum ibadat dan muamalat, bukanlah merupakan satu masalah. Diantara kami dan Syiah bukanlah perselisihan yang besar dikalangan beberapa Mazhab Sunni. Syiekh kami, Syiekh Shaltut rh, bekas Syeikul Azhar pernah berkata bahawa dia telah berfatwa membenarkan Mazhab Ja'fari ; diatas perkara yang berkaitan cabang amalan penghukuman, dan mereka berbeza dari segi solat, puasa dan selain dari yang dua ini, berkemungkinan boleh ditolerasikan.

5. Apa yang beliau nyatakan didalam akhbar Mesir Hari Ini (al-Masri Al-Yaum) adalah merupakan sesuatu yang telus dan penegasan yang kuat, sebagaimana persidangan yang pernah beliau hadiri, samada di Rabat, Bahrain, Damsyik dan Doha, dan apa yang beliau telah dengar dari ulama' Syiah, dan apa yang telah beliau lontarkan semasa melawat Ayatollah di Iran 10 tahun yang lalu : Disana terdapatnya garisan merah yang harus kita ikut dan tidak boleh melepasinya, didalamnya termasuklah mengeji sahabat, penyebaran doktrin Syiah kepada negara-negara Sunnah tulen, dan kesemua ulama' Syiah telah bersetuju dengan beliau mengenai perkara ini.

6. Walaupun beliau mempunyai beberapa tanggapan (reservation) mengenai sikap Syiah terhadap jarum-jarumnya yang menembusi masyarakat Sunnah, beliau tetap berdiri dibelakang Iran didalam menuntut haknya memiliki tenaga Nuklear, dan menafikan sekuat-kuatnya ancaman Amerika terhadap mereka, dan kata beliau : "Kami berdiri menentang Amerika jika Iran diserang, Iran adalah sebahagian dari Darul Islam, perkara ini tidak boleh dikompromikan, Undang-undang kami mewajibkan kami mempertahankan mereka apabila dimasuki atau diancam orang luar, Semua agensi media Iran telah maklum mengenai pendirianku, dan beberapa pegawai resmi yang menghubungiku mengucapkan terima kasih dan menghargainya. Dan saya bukan berdiri kerana ingin mendapatkan simpati, tetapi saya mengatakan bahawa seseorang Muslim hendaklah menyokong seorang Muslim yang lain"


Penolakkan ke atas kekeliruan Qaradhawi :

1. "al-Qaradhawi percaya kepada prinsip perpaduan umat Islam, baik ia melibatkan kumpulan-kumpulan tertentu atau mazhab, dimana mereka itu beriman kepada Kitab yang satu, Rasul yang satu, ke arah Kiblat yang satu, dan diantara mereka itu terdapat khilaf, dan tidaklah itu mereka tersingkir."

* Jika beliau berpegang kepada prinsip perpaduan umat Islam, mengapa isu Bahrain beliau bersikap hipokrit hanya kerana yang bangkit melawan pemerintah yang zalim kebanyakannya adalah dikalangan Syiah sebaliknya di Mesir, Libya, Tunisia beliau mengiktiraf revolusi mereka.

2. "Hanya satu kumpulan sahaja yang selamat diantara 73 kumpulan sebagaimana yang telah dinyatakan didalam hadith. Selain dari kumpulan itu, mereka adalah keterlaluan atau sesat. Setiap kumpulan percaya bahawa diri mereka terselamat, dan yang tinggal adalah yang sesat. Beliau percaya bahawa Ahli Sunnah sahaja yang terselamat, kesemua kumpulan yang lain melakukan bid'ah dan sesat. Diatas asas ini, al-Qaradhawi berpendapat bahawa : Sesungguhnya Syiah terlibat didalam BID'AH dan TIDAK KAFIR, dan sesungguhnya kebenaran itu bukan pelbagai, dan syukur kepada Allah bahawa 9/10 umat Islam adalah Ahli Sunnah, dan kebenaran yang berkata mengenai kami."

* Para ulama Ahlusunnah sendiri turut berselisih dalam mendefinisikan dan memperkenalkan siapakah Firqatul Najiyah (golongan yang selamat). Sebahagian golongan Asyairah dan Ahlul Hadis menganggap merekalah Firqatul Najiyah. Sebaliknya Maturidiyah pun mendakwa hal yang sama. Begitu juga golongan Ahlul Qiyas (Hanafi)…… Dalam makalah ini diperturunkan beberapa contoh yang berkaitan:


Hanya Asyairah Firqatul Najiyah

Qadi ‘Iddudin Ija, salah seorang tokoh Ahlusunnah mengatakan:

وأمّا الفرقة المستثناة الذين قال فيهم: هم الذين على ما أنا عليه وأصحابي، فهم الأشاعرة والسلف من المحدّثين وأهل السنّة والجماعة، ومذهبهم خال من بدع هؤلاء.
الإيجي، عضد الدين (متوفاي756هـ)، كتاب المواقف، ج 3 ص 718، تحقيق: عبد الرحمن عميرة، ناشر: دار الجيل، لبنان، بيروت، الطبعة: الأولى، 1417هـ، 1997م.

Firqah yang al-Mustasnah (Firqatul Najiyah) yang dikatakan (Rasulullah) ialah: “Aku dan para sahabat berada di atasnya, mereka itu ialah Asyairah, para ahli Hadith Salaf, Ahlusunnah wal Jama‘ah dan mazhab mereka tidak ada Bid‘ah”.
-Al-Ija, Iddudin (Wafat dalam tahun 756 Hijrah), Kitab al-Muwaqif, jilid 3 halaman 718


Maturudiyah adalah Firqatul Najiyah

Abu Sa‘id Khadimi ketika membela golongan Maturidiyah berkata:

قَالَ الْعَلَّامَةُ الْعَضُدُ: الْفِرْقَةُ النَّاجِيَةُ وَهُمْ الْأَشَاعِرَةُ لَعَلَّ مُرَادَهُ إمَّا تَغْلِيبَ أَوْ عُمُومَ مَجَازٍ أَوْ ادِّعَاءَ اتِّحَادِهِمْ مَعَ الْمَاتُرِيدِيَّةِ الَّذِينَ تَابَعُوا فِي الْأُصُولِ كَالْحَنَفِيَّةِ إلَى عَلَمِ الْهُدَى الشَّيْخِ أَبِي مَنْصُورٍ الْمَاتُرِيدِيِّ وَجْهُ كَوْنِهِمْ فِرْقَةً نَاجِيَةً الْتِزَامُهُمْ كَمَالَ مُتَابَعَةِ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ تَعَالَى عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَأَصْحَابِهِ فِي مُعْتَقَدَاتِهِمْ بِلَا تَجَاوُزٍ عَنْ ظَاهِرِ نَصٍّ بِلَا ضَرُورَةٍ وَلَا اسْتِرْسَالٍ إلَى عَقْلٍ خِلَافًا لِمُخَالِفِيهِمْ كَمَا ذَكَرَهُ الْعَلَّامَةُ الدَّوَانِيُّ.
الخادمي، أبو سعيد محمد بن محمد (متوفاى1156هـ)، بريقة محمودية، ج 1، ص 388.

‘Iddudin Ija telah berkata: Firqatul Najiyah ialah golongan Asya‘irah, kemungkinan maksud kata-kata beliau masih luas, atau dalam bentuk metafora umum iaitu majoriti Asyairah, atau juga I’tiqadnya sama dengan al-Maturidiyah di dalam Ushul seperti Abu Hanifah yang merupakan anak murid kepada Syaikh Abi Manshur al-Maturidiyah. Kerana ini mereka percaya, bahawa mereka adalah kelompok Firqatul Najiyah yang mengikuti Rasulullah dan para sahabat baginda secara total di dalam aqidah, tanpa melihat pada zahir teksnya semata-mata meskipun satu keperluan merujuk kepada akal sebagai khilaf terhadap orang yang berselisih dengannya.
-Alkhadimi, Abu Sa‘id Muhammad bin Muhammad (Wafat pada tahun 1156 Hijrah), Bariqah Mahmudiyah, jilid 1 halaman 388


Hanya pengikut Ahmad bin Hanbal ialah Firqatul Najiyah


Salah seorang Ulama Ahlusunnah bernama Saffarini menulis tentang Firqatul Najiyah sebagai berikut:

أهل السنة والجماعة ثلاث فرق: الأثرية وإمامهم أحمد بن حنبل، والأشعرية وإمامهم أبو الحسن الأشعري، والماتريدية وإمامهم أبو منصور الماتريدي.


Ahlusunnah wal Jamaah ada tiga kelompok: al-Athariyah yang berimamkan Ahmad bin Hanbal, al-Asya‘irah yang berimamkan Abul Hasan al-Asya‘ari, dan al-Maturidiyah yang berimamkan Abu Manshur al-Maturidi

Beliau menambah:

قال بعض العلماء: هم يعني الفرقة الناجية أهل الحديث: يعني الأثرية، والأشعرية والماتريدية.

Sebahagian ulama mengatakan: Firqatul Najiyah ialah Ahlul Hadith, iaitu Al-Atsariyah, Al-Asya‘irah dan Al-Maturidiyah

Di akhirnya beliau mengatakan:

أنّ قول النبي صلى اللّه عليه وآله وسلم: «إلا فرقة واحدة » ينافي التعدّد، فالفرقة الناجية هم الأثريّة فقط، أتباع أحمد بن حنبل، دون الأشعريّة والماتريدية.
السفاريني الحنبلي، شمس الدين محمد بن أحمد بن سالم (متوفاي 1188هـ)، لوامع الأنوار البهيّة، ج1،‌ ص73 ـ 76.

Sesungguhnya sabda Nabi (s.a.w.) “Kecuali satu firqah sahaja” telah menafikan banyak firqah (sebagai Firqatul Najiyah), maka Firqatul Najiyah hanyalah al-Atsariyah, pengikut Ahmad bin Hanbal. Bukannya al-Asya‘irah dan al-Maturidiyah.
-Al-Saffarini al-Hanbali, Syamsudin bin Ahmad bin Salim (Wafat dalam tahun 1188 Hijrah), Lawami’ al-Anwar al-Bahiyah, jilid 1 halaman 73-76.


Hanya Ahli Hadith ialah Firqatul Najiyah

Di kalangan kelompok-kelompok Islam, Ahlu Hadith berusaha bersungguh-sungguh mendakwa bahawa merekalah Firqatul Najiyah.

Abu Muzaffar Sam‘ani menulis:

أن الله تعالى أبى أن يكون الحق والعقيدة الصحيحة إلا مع أهل الحديث والآثار لأنهم أخذوا دينهم وعقائدهم خلفا عن سلف وقرنا عن قرن إلى أن انتهوا إلى التابعين وأخذه التابعون عن أصحاب رسول الله صلى الله عليه وسلم وأخذه أصحاب رسول الله صلى الله عليه وسلم عن رسول الله صلى الله عليه وسلم ولا طريق إلى معرفة ما دعا إليه رسول الله صلى الله عليه وسلم الناس من الدين المستقيم والصراط القويم إلا هذا الطريق الذي سلكه أصحاب الحديث

وأما سائر الفرق فطلبوا الدين لا بطريقه لأنهم رجعوا إلى معقولهم وخواطرهم وآرائهم فطلبوا الدين من قبله فإذا سمعوا شيئا من الكتاب والسنة عرضوه على معيار عقولهم فإن استقام قبلوه وإن لم يستقم في ميزان عقولهم ردوه فإن اضطروا إلى قبوله حرفوه بالتأويلات البعيدة والمعاني المستنكرة فحادوا عن الحق وزاغوا عنه ونبذوا الدين وراء ظهورهم وجعلوا السنة تحت أقدامهم تعالى الله عما يصفون...

أو ما سمعت أن المعتزلة مع اجتماعهم في هذا اللقب يكفر البغداديون منهم البصريين والبصريون منهم البغداديون ويكفر أصحاب أبي علي الجبائي ابنه أبا هاشم وأصحاب أبي هاشم يكفرون أباه أبا علي.
السمعاني، ابوالمظفر منصور بن محمد بن عبد الجبار (متوفاي489هـ)، الانتصار لأصحاب الحديث، ج 1، ص 44، تحقيق: محمد بن حسين بن حسن الجيزاني، ناشر: مكتبة أضواء المنار - السعودية، الطبعة: الأولى، 1417هـ - 1996م.

Sesungguhnya Allah Ta‘ala tidak menjadikan kebenaran dan aqidah yang benar melainkan bersama Ahlul Hadith, kerana mereka telah mengambil agama dan aqidah mereka sejak zaman dahulu lagi dari para Tabi‘in yang mengambilnya daripada para sahabat, dan para sahabat mengambilnya daripada Nabi (s.a.w.). Oleh itu tidak ada jalan untuk sampai ke agama yang benar dan jalan yang Qawim kecuali jalan yang diamalkan Ahli Hadith.

Adapun kelompok yang lain mencari agama bukan di jalannya, kerana sesungguhnya mereka merujuk kepada daya akal dan pandangan mereka sendiri. Jikalau mereka mendengar sesuatu dari kitab al-Quran dan Sunnah, mereka akan melahirkan pandangan menurut timbangan neraca akal-akal mereka. Mereka menerimanya jikalau bersetuju, dan menolaknya jikalau bertentangan dengan akal mereka. Sekiranya terpaksa menerimanya, mereka akan memutar belit dengan penafsiran yang jauh dan tidak sesuai. Dengan ini mereka terpesong dari jalan kebenaran. Mereka mengesampingkan agama dan menjadikan sunnah dibawah kaki-kaki mereka. Maha suci Allah dari apa yang mereka sifatkan. Sesungguhnya kelompok di bawah nama Mu’tazilah saling mengkafirkan. Mu’tazilah Baghdad mengkafirkan penduduk dan Mu’tazilah Bashrah. Pengikut Abu ‘Ali Jabaie mengkafirkan anaknya iaitu Abu Hashim. Manakala pengikut Abi Hashim mengkafirkan ayahnya iaitu Abu ‘Ali.
- al-Sam‘ani, Abul Muzaffar bin Muhammad ‘Abdul Jabbar (meninggal dalam tahun 489 Hijrah), Al-Intisar Li Ashabul Hadith, jilid 1 halaman 44.

Betapa taksubnya Ahlul Hadith cuba membuktikan hanya merekalah Firqatul Najiyah, sehinggakan mereka mendakwa Nabi (s.a.w.) bersabda di dalam mimpi mereka seperti yang ditulis oleh Khatib al-Baghdadi seperti berikut:

حدثني محمد بن أبي الحسن قال أخبرني أبوالقاسم بن سختويه قال سمعت أباالعباس أحمد بن منصورالحافظ بصور يقول سمعت أبا الحسن محمد بن عبدالله بن بشر بفسا يقول رأيت النبي صلى الله عليه وسلم في المنام فقلت من الفرقة الناجية من ثلاث وسبعين فرقة قال أنتم يا أصحاب الحديث
البغدادي، أحمد بن علي ابوبكر الخطيب (متوفاي463هـ)، شرف أصحاب الحديث، ج 1، ص 25، تحقيق: د. محمد سعيد خطي اوغلي، ناشر: دار إحياء السنة النبوية - أنقرة.

Muhammad bin ‘Abdullah bin Bashar berkata: “Telah ku lihat Nabi Muhammad s.a.w. di alam mimpi. Maka aku pun bertanya, “Siapakah Firqatul Najiyah daripada tujuh puluh tiga firqah?” Nabi (s.a.w.) bersabda: “Engkau wahai Ahli Hadith”.
-Al-Baghdadi Ahmad bin Abu Bakar al-Khatib (meninggal dalam tahun 463 Hijrah), Syarf Ashabul Hadith, jilid 1 halaman 25

Ibnu Fakhir al-Isfahani menulis:

حدثنا محمد بن عبيد الله بن بشر الفسوي، قال: رأيت رسول الله في المنام في مسجد عندنا بفسا جالس (لنا؟) في المحراب، فبركت بين يديه وبيدي محبرة، فقلت: يا رسول الله، من الفرقة الناجية من الثلاث والسبعين فرقة من أمتك؟ قال: أنتم يا أصحاب الحديث.
السمري الاصبهاني، معمر بن عبد الواحد بن رجاء بن عبد الواحد بن محمد بن الفاخر (متوفاي564هـ)، مجلس ابن فاخر الأصبهاني، ج 1، ص 480، تحقيق: نبيل سعد الدين جرار، ناشر: مكتبة البشائر الاسلامية - لبنان / بيروت، الطبعة: الأولى، 1422هـ - 2001م.

Muhammad bin ‘Ubaidillah Basyar telah berkata: “Aku telah melihat Rasulullah (s.a.w.) dalam mimpi di sebuah Masjid kota Fasa. Baginda duduk di mihrabnya. Aku bertanya: Wahai Rasulullah (s.a.w.), siapa Firqatul Najiyah daripada tujuh puluh tiga firqah daripada umatmu? Baginda bersabda: Engkau dan Ahli Hadith”.
- Mu ‘ammar bin ‘Abdul Wahid bin Muhammad bin al-Fakhir (meninggal dalam tahun 564 Hijrah), Majlis Ibnu Fakhir al-Isbahani jilid 1 halaman 480

Sudah menjadi lumrah dunia, kadang kala ada golongan akan mendakwa kebenaran miliknya dengan dalil mimpi.


Zaidiyah ialah Firqatul Najiyah

Firqah Zaidiyah juga turut mendakwa mereka adalah Firqatul najiyah dan perkara ini ditemui di dalam kitab mereka. Haji Khalifah menulis:

وصنف أحمد بن يحيى المرتضى مختصرا سماه الملل والنحل أيضا على مذهب الزيدية وذكر فيه ان الفرقة الناجية هي الزيدية.

القسطنطيني الرومي الحنفي، مصطفى بن عبدالله (معروف به حاجي خليفه) (متوفاي1067هـ)، كشف الظنون عن أسامي الكتب والفنون، ج 2، ص 1821، ناشر: دار الكتب العلمية - بيروت - 1413 – 1992.

Ahmad bin Yahya al-Murtadha menulis kitab yang bernama al-Milal Wa al-Nihal turut menyatakan di dalamnya bahawa Firqatul Najiyah ialah golongan Zaidiyah

- Al-Qisthanthini al-Rumi al-Hanafi, Mustafa bin ‘Abdullah (terkenal seagai Haji Khalifah dan meninggal dalam tahun 1067 Hijrah), Kasyful Zhunun ‘An Asamil Kitab wal Funun, jilid 2 halaman 1821.


Ahli Qiyas (pengikut Abu Hanifah) adalah penghuni neraka


Riwayat yang bersanad Sahih dalam kitab Ahlusunnah menegaskan, barangsiapa yang menjadikan Qiyas sebagai sumber Fiqh mereka, maka mereka itu kelompok yang binasa dan penghuni neraka.

Hakim Nisyaburi menulis:


أخبرنا محمد بن المؤمل بن الحسن ثنا الفضل بن محمد بن المسيب ثنا نعيم بن حماد ثنا عيسى بن يونس عن جرير بن عثمان عن عبد الرحمن بن جبير بن نفير عن أبيه عن عوف بن مالك رضي الله عنه قال قال رسول الله صلى الله عليه وسلم ستفترق أمتي على بضع وسبعين فرقة أعظمها فرقة قوم يقيسون الأمور برأيهم فيحرمون الحلال ويحللون الحرام هذا حديث صحيح على شرط الشيخين ولم يخرجاه.
الحاكم النيسابوري، محمد بن عبدالله ابوعبدالله (متوفاى 405 هـ)، المستدرك علي الصحيحين، ج 4، ص 477،‌ ح8325، تحقيق: مصطفى عبد القادر عطا، ناشر: دار الكتب العلمية - بيروت الطبعة: الأولى، 1411هـ - 1990م.

‘Auf bin Malik menukilkan bahawa Rasulullah (s.a.w.) bersabda: “Umatku akan berpecah tujuh puluh dan beberapa firqah (lebih dari 70 kelompok). Kelompok terbesar di antara mereka ialah firqah yang mengqiyaskan urusan (agama) dengan pandangan mereka. Maka mereka mengharamkan yang halal, dan menghalalkan yang haram. Hadis ini sahih menurut syarat Syaikhain meskipun mereka berdua tidak mengeluarkannya.
- al-Hakim al-Nisyaburi, Muhammad bin ‘Abdullah (wafat dalam tahun 405 Hijrah), al-Mustadrak ‘Ala al-Sahihain, jilid 4 halaman 477, hadis nombor 8325

Tabrani di dalam al-Mu’jam al-Kabir menulis:

حدثنا يحيى بن عُثْمَانَ بن صَالِحٍ ثنا نُعَيْمُ بن حَمَّادٍ ثنا عِيسَى بن يُونُسَ عن حَرِيزِ بن عُثْمَانَ عن عبد الرحمن بن جُبَيْرِ بن نُفَيْرٍ عن أبيه عن عَوْفِ بن مَالِكٍ عَنِ النبي صلى اللَّهُ عليه وسلم قال تَفْتَرِقُ أُمَّتِي على بِضْعٍ وَسَبْعِينَ فِرْقَةً أَعْظَمُهَا فِتْنَةً على أُمَّتِي قَوْمٌ يَقِيسُونَ الأُمُورَ بِرَأْيِهِمْ فَيُحِلُّونَ الْحَرَامَ وَيُحَرِّمُونَ الْحَلالَ.
الطبراني، سليمان بن أحمد بن أيوب ابوالقاسم (متوفاي360هـ)، المعجم الكبير، ج 18، ص 50، تحقيق: حمدى بن عبدالمجيد السلفي، ناشر: مكتبة الزهراء - الموصل، الطبعة: الثانية، 1404هـ – 1983م.

‘Auf bin Malik menukilkan bahawa Rasulullah (s.a.w.) bersabda: “Umatku akan berpecah kepada tujuh puluh dan beberapa Firqah (lebih dari tujuh puluh kelompok). Firqah yang terbesar dan menjadi fitnah ke atas umatku ialah kelompok yang mengqiyaskan urusan (agama) dengan pandangan mereka. Maka mereka akan menghalalkan yang haram dan mengharamkan yang halal.
al-Tabrani, Sulaiman bin Ahmad bin Ayub Abul Qasim (Wafat dalam tahun 360 Hijrah), Al-Mu’jam Al-Kabir, jilid 18 halaman 50

Haitsami setelah menukilkan riwayat ini berkata:


رواه الطبراني في الكبير والبزار ورجاله رجال الصحيح.
الهيثمي، ابوالحسن علي بن أبى بكر (متوفاى 807 هـ)، مجمع الزوائد ومنبع الفوائد، ج 1، ص 179، ناشر: دار الريان للتراث/‏ دار الكتاب العربى - القاهرة، بيروت – 1407هـ.

Riwayat ini telah dinukilkan oleh Tabrani dan al-Bazzar, rijalnya adalah rijal yang Sahih.
Al-Haithami, Abul Hasan bin Ali bin Abi Bakr (wafat dalam tahun 807 Hijrah), Majma’ Zawaid wa Manba’ al-Fawaid, jilid 1 halaman 179.

Hadis ini telah menimbulkan tanda tanya besar buat seluruh firqah yang wujud di dalam Ahlusunnah Wal Jamaah. Hakikatnya majoriti Ahlusunnah telah menjadikan Qiyas dan Ihtihsan sebagai salah satu sumber penting dalam istinbat hukum hakam Syar’i Fiqh mereka.


Natijahnya, setiap kelompok atau firqah dalam Islam mendakwa mereka-lah umat Islam sejati dan Firqatul Najiyah, serta pengikut sebenar Rasulullah (s.a.w.). Namun Syiah juga tidak terkeluar daripada kaedah umum ini. Meskipun begitu Syiah Imamiyah tidak membawa dalil kebenarannya sebagai Firqatul Najiyah melalui mimpi, bahkan ia membawa dalil-dalil dari kitab-kitab firqah yang lain.


to be continue..