Sunday, August 23

Yazid bin Muawiya Remembered in Makkah


On 11th May 2007, in his Friday sermon from the holy city of Makkah, a few feet from the door of the Ka'bah, where the consciousness of the presence of Allah should be felt at heart, the leader of the congregation emphasised the need for being bound by an allegiance to an "Imam" (a ruler) even if he is vicious. He claimed that the Prophet has said, whoever dies without being bound by an allegiance to an "Imam" (a ruler), dies the death of ignorance. On 11th May 2007, in his Friday sermon from the holy city of Makkah, a few feet from the door of the Ka'bah, where the consciousness of the presence of Allah should be felt at heart, the leader of the congregation emphasised the need for being bound by an allegiance to an "Imam" (a ruler) even if he is vicious. He claimed that the Prophet has said, whoever dies without being bound by an allegiance to an "Imam" (a ruler), dies the death of ignorance. 

Even if the "Imam" is unjust and tyrannical, the believers must obey him as Ibn Taymiyyah (the guru of the Wahhabis) has required. He said, they can advise the "Imam" and guide him!!! 

Quoting Abdullah ibn Umar's hadiths in Sahih Muslim, he said that when people wanted to rise against Yazid ibn Mu'awiyah, he stopped them because the Prophet had prohibited breaking the pledge given to an "Imam". When a companion wanted to rise against Yazid ibn Mu'awiyah, in the incidence of Hurra, Abdullah ibn Umar warned him that pledges are not given to be broken and that he had heard the Prophet saying that if anyone dies without being bound by an allegiance, dies the death of ignorance.

Hence, according to the Wahhabite rationale, allegiance to Yazid was a requirement of the Shari'ah! The leader of the congregation did not explain, what would be the position of those who broke the allegiance given in Ghadir? He did not explain why didn't Abdullah ibn Umar remember these alleged hadiths of the Prophet when he himself did not pay oath of allegiance to Imam Ali ibn Abi Talib, but felt the need to pay allegiance to a corrupt, irreligious and fasiq ruler like Yazid, who was imposed on the Muslims by his father. He did not explain what about the widely narrated mutawatir hadith of the Prophet which says "there is no obedience to the creatures in disobedience to Allah"? He did not explain that in the incidence of Hurra many Companions of the Prophet in Madina were slaughtered and thousands of their virgin daughters were rapped by the troopers of Yazid. To remain indifferent to a massacre of such a magnitude was like writing off the religious values that the Messenger of Allah (SAWW) had brought. But this is precisely the leader of the congregation was advising the worshippers.

Saturday, August 1

Sahabat Nabi Yang Membunuh Ammar bin Yasir RA

Bukankah mencela sahabat Nabi SAW itu tidak dibolehkan?. Benar, tidak hanya sahabat Nabi tetapi mencela sesama Muslim itu tidak dibolehkan. Apalagi membunuh, tentu tidak boleh lagi. Kenyataan pahit dalam sejarah Islam adalah para generasi awal umat ini yaitu para Sahabat ternyata mengalami perselisihan sampai ke taraf memerangi dan membunuh. Sangat tidak mungkin kalau sejarah seperti ini mau ditutup-tutupi atau dinyatakan seolah tidak ada apa-apa.


Sebagian pihak tidak senang kalau sejarah seperti ini dibicarakan karena tidak ada gunanya membicarakan perselisihan para Sahabat. Mereka menganggap bahwa semua sahabat diridhai Allah SWT, semua sahabat tidak layak untuk dikritik atau dinyatakan salah karena itu berarti sudah mencela sahabat Nabi dan hal ini jelas diharamkan menurut mereka. Jika sahabat melakukan kesalahan maka itu berarti sahabat berijtihad dan sebagaimana ijtihad jika benar dapat dua pahala dan jika salah satu pahala. Intinya pihak tersebut akan selalu memuliakan sahabat walau bagaimanapun perilakunya. Sehingga jika orang sudah dicap sahabat maka semua perilakunya berpahala. Duhai alangkah anehnya, apakah jika sahabat menghina Ahlul Bait, meminum khamar, dan murtad maka itu dikatakan ijtihad?. Alangkah kacaunya orang yang mengatakan bahwa tindakan seperti itu berpahala hanya karena yang melakukannya adalah seorang Sahabat Nabi. Silakan renungkan..


Kali ini kami akan mengajak para pembaca untuk kembali ke peristiwa bersejarah yaitu Perang Shiffin. Pada perang ini Imam Ali AS dan sahabat yang mengikuti Beliau berperang dengan Muawiyah dan sahabat yang mengikutinya. Di antara sahabat Nabi yang setia pada Imam Ali adalah Ammar bin Yasir RA. Beliau adalah Sahabat yang mulia dimana Rasulullah SAW pernah bersabda bahwa Ammar akan dibunuh oleh kelompok pembangkang. Sejarah membuktikan bahwa Ammar RA syahid dalam perang Shiffin. Hal ini sudah cukup untuk membuktikan bahwa dalam Perang Shiffin Imam Ali berada dalam kebenaran dan Muawiyah serta pengikutnya merupakan kelompok pembangkang. Kematian Ammar RA mengundang kecemasan di kalangan pengikut Muawiyah sehingga untuk menenangkan pengikutnya Muawiyah memberikan ta’wilan yang batil bahwa Yang membunuh Ammar RA adalah orang yang membawanya ikut berperang. Dengan perkataan itu Muawiyah ingin melemparkan kesalahan kepada Imam Ali AS, sungguh perilaku yang bisa dibilang tidak terpuji.


Riwayat ini salah satunya disebutkan dalam Musnad Ahmad 2/161 no 6499:


حدثنا عبد الله حدثني أبي ثنا أبو معاوية ثنا الأعمش عن عبد الرحمن بن زياد عن عبد الله بن الحرث قال اني لأسير مع معاوية في منصرفه من صفين بينه وبين عمرو بن العاص قال فقال عبد الله بن عمرو بن العاصي يا أبت ما سمعت رسول الله صلى الله عليه و سلم يقول لعمار ويحك يا بن سمية تقتلك الفئة الباغية قال فقال عمرو لمعاوية ألا تسمع ما يقول هذا فقال معاوية لا تزال تأتينا بهنة أنحن قتلناه إنما قتله الذين جاؤوا به

“Telah menceritakan kepada kami Abdullah yang berkata telah menceritakan kepadaku Ayahku yang berkata telah menceritakan kepada kami Abu Muawiyah yang berkata telah menceritakan kepada kami ‘Amasy dari Abdurrahman bin Ziyad dari Abdullah bin Harits yang berkata “Aku berjalan bersama Muawiyah sepulang dari Shiffin dan juga bersama Amru bin Ash. Abdullah bin Amru bin Ash berkata “wahai ayah tidakkah kau mendengar Rasulullah SAW berkata kepada Ammar “Kasihan engkau Ibnu Sumayyah, engkau akan dibunuh oleh kelompok pembangkang”. Amru berkata kepada Muawiyah “Tidakkah engkau dengar perkataannya”. Muawiyah berkata “Ia selalu bermasalah bagi kita, apakah kita yang membunuh Ammar?.Sesungguhnya yang membunuhnya adalah orang yang membawanya”. 


Syaikh Syuaib Al Arnauth dalam Syarh Musnad Ahmad tahqiqnya berkata tentang hadis ini “sanadnya shahih” . Begitu pula Syaikh Ahmad Syakir dalam Syarh Musnad Ahmad tahqiq Beliau juga menyatakan hadis ini shahih. Siapa sebenarnya orang dalam kelompok Muawiyah yang membunuh Ammar bin Yasir RA?. Para ulama telah menyebutkan bahwa orang yang membunuh Ammar bin Yasir adalah Abu Ghadiyah Al Juhani dan tahukah anda siapa dia?. Para ulama menyebutnya sebagai Sahabat Nabi SAW.

Ibnu Hajar dalam Al Ishabah 7/311 no 10365 memuat biografi Abu Ghadiyah Al Juhani dan menyebutkan:


وقال الدوري عن بن معين أبو الغادية الجهني قاتل عمار له صحبة

Ad Dawri berkata dari Ibnu Ma’in “Abu Ghadiyah Al Juhani orang yang membunuh Ammar dan dia seorang Sahabat Nabi”.

Al Bukhari berkata dalam Tarikh Al Kabir juz 8 no 3557:


أبو غادية الجهني سمع النبي صلى الله عليه وسلم
Abu Ghadiyah Al Juhani mendengar langsung dari Nabi SAW.


Ibnu Abdil Barr dalam Al Isti’ab 4/1725 dan Ibnu Atsir dalam Usud Al Ghabah 5/534 juga mengatakan bahwa Abu Ghadiyah seorang sahabat Nabi yang membunuh Ammar bin Yasir RA. Adz Dzahabi dalam Tarikh Al Islam 4/135 menyebutkan biografi Abu Ghadiyah Al Juhani dan menyebutkan:


وقال الدار قطني وغيره هو قاتل عمار بن ياسر يوم صفين

Daruquthni dan yang lainnya berkata “Dia adalah orang yang membunuh Ammar bin Yasir pada perang Shiffin”.


Tahukah anda pahala apa yang akan didapat oleh orang yang membunuh Ammar?. Rasulullah SAW pernah bersabda:


قاتل عمار و سالبه في النار

“Yang membunuh Ammar dan menjarah( harta)nya akan masuk neraka”


Hadis ini telah dinyatakan shahih oleh Syaikh Al Albani dalam Silsilah Ahadits As Shahihah no 2008 dan Shahih Jami’ As Shaghir no 4294. Jika memang para Ulama menyebut Abu Ghadiyah sebagai Sahabat Nabi SAW yang membunuh Ammar bin Yasir RA maka tidak salah untuk dikatakan bahwa perbuatan Abu Ghadiyah itu telah mengantarkannya ke neraka.



Sahabat Nabi Yang Dikatakan Berzina

Pada zaman pemerintahan Umar bin Khattab terdapat suatu peristiwa dimana seorang Sahabat Nabi telah dikatakan oleh beberapa orang sahabat lain bahwa dia telah berzina. Pada mulanya ada 4 orang saksi yang menyaksikan tetapi satu orang saksi ternyata tidak yakin dengan peristiwa tersebut. Sahabat yang dimaksud adalah Mughirah bin Syu’bah sedangkan yang bersaksi adalah Abu Bakrah, Nafi’, Syibil bin Ma’bad dan Ziyad bin Abihi. Dua di antara mereka adalah sahabat Nabi yaitu Abu Bakrah dan Nafi’.

Diriwayatkan Al Hafiz Abu Bakar Baihaqi dalam Sunan Baihaqi 8/234 no 16819 dari Qusamah bin Zuhair:


عن قسامة بن زهير قال لما كان من شأن أبي بكرة والمغيرة الذي كان وذكر الحديث قال فدعا الشهود فشهد أبو بكرة وشبل بن معبد وأبو عبد الله نافع فقال عمر رضي الله عنه حين شهد هؤلاء الثلاثة شق على عمر شأنه فلما قام زياد قال إن تشهد إن شاء الله إلا بحق قال زياد أما الزنا فلا أشهد به ولكن قد رأيت أمرا قبيحا قال عمر الله أكبر حدوهم فجلدوهم قال فقال أبو بكرة بعد ما ضربه أشهد أنه زان فهم عمر رضي الله عنه أن يعيد عليه الجلد فنهاه علي رضي الله عنه وقال إن جلدته فارجم صاحبك فتركه ولم يجلده

“Dari Qusamah bin Zuhair yang berkata “Ketika ada permasalahan antara Abu Bakrah dengan Mughirah dan dilaporkan maka kemudian Umar meminta kesaksian. Abu Bakrah, Syibil bin Ma’bad, dan Abu Abdullah Nafi’ memberikan kesaksian. Umar berkata setelah mereka memberikan kesaksian, “Masalah ini membuat Umar dalam kesulitan”. Kemudian Ziyad datang, Umar berkata kepadanya, “bersaksilah insya Allah kecuali yang haq” . Maka Ziyad berkata, “Adapun zina, maka aku tidak menyaksikan dia berzina. Namun aku melihat sesuatu yang buruk”. Umar berkata, “Allahu Akbar, hukumlah mereka”. Oleh karena itu dicambuklah mereka bertiga. Kemudian setelah dicambuk oleh Umar, Abu Bakrah berkata, “ Saya bersaksi bahwa sesungguhnya dia Mughirah berzina”. Umar RA hendak mencambuknya lagi, namun Ali RA mencegahnya seraya berkata kepada Umar, “Jika engkau mencambuknya lagi, maka rajamlah sahabatmu itu”. Maka Umar mengurungkan niatnya dan tidak mencambuk Abu Bakrah lagi”.

Hadis ini adalah salah satu dari sekian banyak hadis dalam masalah ini dan hadis riwayat Baihaqi ini telah dinyatakan shahih oleh Syaikh Al Albani dalam Irwa Al Ghalil8/37. Abu Bakrah RA adalah salah seorang Sahabat Nabi SAW sebagaimana yang disebutkan Ibnu Hajar dalam At Taqrib 2/251 dan dia dengan jelas bersaksi menyatakan bahwa Mughirah bin Syu’bah telah berzina. Kenyataan ini hanya memiliki dua kemungkinan. Abu Bakrah benar akan kesaksiannya sehingga dalam hal ini Mughirah memang berzina atau malah Mughirah tidak berzina sehingga dalam hal ini Abu Bakrah telah memberikan kesaksian palsu. Sebelumnya mari perhatikan hadis berikut dalam Shahih Muslim tahqiq Muhammad Fuad Abdul Baqi 1/91 no 143 (87):


حدثني عمرو بن محمد بن بكير بن محمد الناقد حدثنا إسماعيل بن علية عن سعيد بن الجريري حدثنا عبدالرحمن بن أبي بكرة عن أبيه قال كنا عند رسول الله صلى الله عليه و سلم فقال ألا أنبئكم بأكبر الكبائر ؟ ( ثلاثا ) الإشراك بالله وعقوق الوالدين وشهادة الزور ( أو قول الزور ) وكان رسول الله صلى الله عليه و سلم متكئا فجلس فما زال يكررها حتى قلنا ليته سكت

“Telah menceritakan kepada kami Amru bin Muhammad bin Bakir bin Muhammad Naqid yang berkata telah menceritakan kepada kami Ismail bin Ulayyah dari Sa’id bin Al Jurairi yang berkata telah menceritakan kepada kami Abdurrahman bin Abi Bakrah dari Ayahnya (Abi Bakrah) yang berkata “kami berada di sisi Rasulullah SAW, kemudian Beliau bersabda “Perhatikanlah Aku akan memberitahukan pada kalian dosa yang terbesar (beliau mengulanginya tiga kali) yaitu Menyekutukan Allah SWT, durhaka kepada orang tua dan kesaksian palsu (atau ucapan dusta). Rasulullah yang semula bersandar kemudian duduk, Beliau mengulang-ngulang perkataannya sehingga kami berkata “semoga Beliau berhenti”.


Abu Bakrah RA adalah sahabat Nabi yang mendengar dan meriwayatkan langsung dari Nabi SAW bahwa Kesaksian palsu adalah dosa terbesar, oleh karenanya wajar jika diasumsikan jauh kemungkinannya bahwa Beliau akan bersaksi palsu. Ditambah lagi jika kita melihat hadis riwayat Baihaqi bahkan setelah dihukum cambukpun Abu Bakrah tetap berkeras pada kesaksiannya kalau Mughirah bin Syu’bah berzina. Tentu saja dalam masalah ini Mughirah terlepas dari hukuman karena Ziyad merubah kesaksiannya artinya saksi itu tidak mencukupi empat orang.

Ziyad dalam kisah ini adalah Ziyad bin Abihi orang yang di kemudian hari menjadi saudara Muawiyah dimana Muawiyah telah menetapkan nasabnya yaitu Ziyad bin Abi Sufyan, hal ini juga salah satu penyimpangan syariat yang dilakukan Muawiyah. Abu Bakrah dan Nafi’ adalah sahabat Nabi yang sudah jelas mengetahui bahwa dalam perkara zina kesaksian yang dibutuhkan adalah empat orang jika tidak maka yang bersaksi akan dikenakan hukuman bersaksi palsu. Oleh karena itu keberanian mereka berdua bersaksi atas Mughirah menunjukkan bahwa mereka berempat Abu Bakrah, Nafi, Syibil dan Ziyad memang menyaksikan hal yang sama. Tetapi kemudian Ziyad menyatakan kesaksian yang berbeda dengan ketiga orang lainnya yaitu ia tidak menyaksikan Mughirah berzina tetapi menyaksikan sesuatu yang buruk.Anehnya, apa sesuatu yang buruk itu sendiri tidak dijelaskan lebih lanjut. Kalau memang harus ada yang dituduh maka jauh lebih mungkin untuk dikatakan kalau Ziyad yang berdusta daripada mengatakan kalau Abu Bakrah bersaksi palsu. Jadi dalam hal ini Mughirah bin Syu’bah dikatakan telah berzina berdasarkan kesaksian Abu Bakrah RA.





Muawiyah Membunuh Sahabat Nabi Hujr bin Adi

Di antara salah satu penyimpangan yang dilakukan Muawiyah adalah perbuatannya yang membunuh salah seorang Sahabat Nabi yaitu Hujr bin Adiy Al Kindi RA. Hujr bin Adi adalah sahabat Nabi yang setia kepada Imam Ali AS, beliau bersama Imam Ali baik dalam perang Jamal maupun perang Shiffin. Para Ahli sejarah dan biografi rijal menyebutkan bahwa Hujr bin Adi dan para sahabatnya diperintahkan oleh Muawiyah untuk dieksekusi di desa Azra’ salah satu wilayah di Syam.

Ibnu Hajar menyebutkan biografi Hujr bin Adi dalam kitabnya Al Ishabah Fi Tamyiz As Shahabah 2/37 no 1631. Ibnu Abdil Barr dalam kitabnya Al Isti’ab 1/329 dan Ibnu Atsir dalam Usud Al Ghabah 1/565 mengatakan bahwa Hujr bin Adi salah seorang sahabat Nabi yang utama. Ibnu Atsir berkata dalam biografi Hujr:


وشهد القادسية وكان من فضلاء الصحابة

“Dia ikut dalam perang Qadisiyah dan dia salah seorang dari sahabat Nabi yang utama.”


Selain itu Ibnu Atsir juga berkata tentang Hujr:


فأنزل هو وأصحابه عذراء وهي قرية عند دمشق فأمر معاوية بقتلهم

“Dia dan sahabatnya sampai di Adzra’ sebuah desa di Damasykus dan Muawiyah memerintahkan untuk membunuh mereka.”


Al Hakim dalam Al Mustadrak 3/468 menuliskan Hujr dalam kitab Ma’rifat As Shahabah dengan judul:

ذكر مناقب حجر بن عدي رضى الله تعالى عنه وهو راهب أصحاب محمد صلى الله عليه وسلم

Keutamaan Hujr bin Adi Radiallahuta’ala anhu dan dia rahib sahabat Muhammad Shalallahualaihi wassalam.

Adz Dzahabi dalam Siyar A’lam An Nubala 3/463 menyebutkan biografi Hujr bin Adi dan ia berkata “lahu sahabah” yang artinya dia seorang Sahabat Nabi SAW. Adz Dzahabi juga memasukkan nama Hujr bin Adi dalam kitabnya Tajrid Asma As Shahabah 1/123 no 1264 dan berkata Adz Dzahabi dalam Tarikh Al Islam 4/33:


حجر بن عدي حجر الخير. له وفادة على النبي صلى الله عليه وسلم فأسلم

“Hujr bin Adiy Hujr Al khayr dia utusan yang datang kepada Nabi SAW dan memeluk islam.”


Khairuddin Az Zarkali dalam kitabnya Al ‘Alam 2/169 menyebutkan biografi Hujr bin Ady:


حجر بن عدي بن جبلة الكندي ويسمى حجر الخير صحابي شجاع من المقدمين وفد على رسول الله صلى الله عليه وسلم وشهد القادسية ثم كان من أصحاب علي وشهد معه وقعتي الجمل وصفين

“Hujr bin Ady bin Jabalah Al Kindi Hujr Al Khayr seorang Sahabat yang gagah berani dari golongan terdahulu. Dia utusan yang datang kepada Nabi SAW ikut dalam perang Qadisiyah dan dia juga sahabat Ali berada di sisinya pada saat perang Jamal dan Shiffin.”


Az Zarkali juga berkata:

فأمر معاوية بقتله في مرج عذراء ( من قرى دمشق ) مع أصحاب

“Muawiyah memerintahkan membunuhnya di Azra’ (suatu desa di damasykus) bersama para sahabatnya.”

Ibnu Qutaibah Al Dinawari dalam kitabnya Al Ma’arif hal 148 menyebutkan biografi Hujr bin Ady:


حجر بن عدي رضي الله تعالى عنه هو الذي قتله معاوية ويكنى أبا عبد الرحمن وكان وفد إلى النبي صلى الله عليه وسلم وأسلم وشهد القادسية وشهد الجمل وصفين مع علي، فقتله معاوية بمرج غدراء مع عدة

“Hujr bin Adiy Radiallahuta’ala anhu, dia dibunuh oleh Muawiyah. Kuniyahnya Abu Abdurrahman, dia seorang utusan yang datang kepada Nabi SAW dan memeluk islam. Ikut dalam perang Qadisiyah, mengikuti perang Jamal dan Shiffin bersama Ali,Muawiyah membunuhnya di Azra’ bersama beberapa sahabatnya.”